Senin, 14 Mei 2018

CANTIK ITU LUKA



Cantik Itu luka
Sebuah Refleksi Terhadap  Persepsi “cantik “ Wanita Indonesia
Jose Dc. Verdial

Munculnya novel yang berlatar belakang kolonial pada saat Indonesia sudah mencapai usia  59 tahun tentu mengundang banyak persepsi. Novel Cantik Itu luka yang dikemas oleh Eka Kurniawan dengan latar belakang penjajahan Jepang di Indonesia.  Yang membuat persamaan Eka dan Pram adalah mereka sama-sama menulis novel yang memuat sejarah, yang dimana mereka belum dilahirkan pada sejarah yang diungkap pada novel mereka masing-masing. Jika pram menceritakan wanita- wanita cantik, seperti Ontosoroh dan Anneleis (tetralogi buru,Bumi Manusia), Eka menceritakan kesengsaraan bangsa kita sebagai bangsa yang terjajah dan tertindas. Negara Indonesia yang pada masa itu rakyatnya sangat menderita. Novel CIL( Cantik Itu Luka), lebih ditonjolkan penderitaan para wanita yang bisa dikatakan memiliki paras cantik. Mereka akan dijadikan jugun lanfu (pelacur) pada masa penjajahan Jepang.
Menelusuri novel ini, akan serupa dengan gambaran novel Momoye, dimana wanita pada masa itu dijadikan pelacur, bedanya disini Eka tidak hanya menonjolkan sisi sejarah, tetapi juga  berusaha mengungkapkan apa sebenarnya itu “cantik”.
Tokoh sentral dalam novel ini adalah Dewi Ayu, anak Aneu Stamler atau cucu Ted Stamler. Dewi Ayu adalah anak perkawinan luar nikah dari dua bersaudara lain ibu. Namun kedua orang tua Dewi Ayu, Henri Stamler dan Anue Stamler meninggalkan Dewi Ayu begitu saja di depan pintu rumahnya dan mereka pergi angkat kaki ke negeri Belanda. Inilah awal kisahnya. Di zaman Jepang sebagian besar penduduk ditangkapi oleh Jepang, terutama yang dianggap pro Belanda, termasuk Dewi Ayu. Ia diasingkan ke sebuah pulau kecil yang seram dan terpencil. Pulau ini, Bloedenkamp, adalah sebuah tempat yang mengerikan dan menjijikkan. Selain dkenal angker, di sana juga tak ada makanan disediakan. Para tawanan umumnya memakan apa yang ada di sekitar mereka termasuk cacing, ular ataupun tikus. Kekejaman dan kehausan seksual Jepang di Bloedenkamp telah memanggil nurani Dewi Ayu untuk memberikan dirinya kepada seorang tentara Jepang untuk disetubuhi. Dewi Ayu sendiri, sebagaimana kenyataan di ujung Pemerintahan Kolonial Belanda, berada dalam kesulitan sosial dan ekonomi. Setelah mengalami kegetiran bersama penduduk di Bloedenkamp.
Dewi Ayu bersama gadis-gadis lainnya dibawa diam-diam oleh Jepang ke tempat pelacuran Mama Kalong di Halimunda. Mereka dipaksa menjadi pelacur. Mama Kalong adalah germo yang paling terkenal dan profesional di sana. Namun pada masa berikutnya rumah pelacuran Mama Kalong menjadi terkenal dan identik dengan Dewi Ayu, ia menjadi selebriti di kota tersebut. Ketenarannya menyamai nama-nama penguasa di kota tersebut. Bahkan Halimunda sendiri menjadi identik dengan kecantikan pelacur Dewi Ayu.
Dewi Ayu melahirkan empat anak yang tidak dikehendakinya, tiga di antaranya sangat cantik dan diminati banyak lelaki di kota Halimunda. Ketiga putrinya yang cantik itu adalah Alamanda, Adinda dan Maya Dewi. Kecantikan tiga putri itu juga menjadi malapetaka bagi keluarganya sendiri. Karena itu, saat ia hamil pada keempat kalinya, ia berdoa agar anaknya dialahirkan buruk rupa. Sebab kecantikan akan membawa mereka ke dalam petaka. Anaknya yang keempat ini benar lahir dengan menjijikkan namun punya keajaiban, ia diberi nama Cantik. Namun Cantik akhirnya juga terjebak dalam perselingkuhan dengan Krisan. Krisan, keponakannya sendiri yang patah hati setelah ditinggal mati Nurul Aini, kemudian mencintai si Cantik dan mau bercinta dengannya. Tak salah, jika si Cantik tak habis pikir, heran dan ingin tahu. Sehingga ia bertanya pada Krisan, "kenapa kau menginginkan aku?" Dengan satu jawaban, akhirnya Krisan mau mengakui, "sebab cantik itu luka”.

Poskolonial dalam novel
Teori postkolonial dapat didefinisikan sebagai teori kritis yang mencoba mengungkapkan akibat-akibat yang ditimbulkan oleh kolonialisme (Ratna, 2008: 120). Analisis postkolonial dapat digunakan, di satu pihak untuk menelusuri aspek-aspek tersembunyi atau dengan sengaja disembunyikan sehingga dapat diketahui bagaimana kekuasaan itu bekerja, dipihak lain membongkar disiplin, lembaga, dan ideologi yang mendasarinya. Novel CIL ini, menggunakan perspektif baru tentang sejarah dan tentang realisme.. Mungkin ini yang coba diangkat oleh Eka Kurniawan dalam Cantik itu luka. Sejarah kelam bangsa kita yang pernah dijajah oleh Jepang, menyisakan luka mendalam, terutama bagi para wanita yang menjadi pemuas nafsu binatang tentara zaman Jepang. Suasana penjajahan, kesengsaraan, dan perang terasa sekali di novel CIl ini. Pengkhianatan seorang pribumi yang bernama Mama Kalong yang menjual tubuh para gadis pribumi dan keturunan demi mendapatkan kekayaan merupakan unsur yang menguatkan sejarah pada masa itu.  
Novel ini begitu tangguh dan telaten membangun jalan cerita yang rumit dan kompleks dengan sejumlah latar sejarah yang luas dan fantasi yang absurd maupun surealis serta melibatkan banyak tokoh berkecenderungan kejiwaan dan tabiat bejat, skizofrenik dan tak terduga arah dan bentuknya.
Feminisme dalam novel Cantik Itu Luka.
Tidak hanya wanita yang memapu mengupas sisi feminisnya. Eka kurniawan telah membuktikan bahwa ia mampu menguliti bahkan telah masuk kedalam sisi feminis wanita didalamnya. Berbicara mengenai selangkangan, mengenai gairah menjadi seorang wanita, berbicaraa mengenai kecemburuan, kecantikan, dan takut pada kecantikan itu sendiri.  Penggambaran seorang wanit cantik, deskripsi fisik, deskripsi keluwesan tuubuh.Sisi feminis seorang ibu yang takut anaknya berwajah cantik dan melakukan kesalahan seperti ibunya juga digambarkan oleh Eka dengan baik.Kecenderungan wanita yang serakah, mudah tergoda pria, dan ketegaran hati wanita mampu ia kemukakan dengan hati-hati.
Seks adalah sisi kewanitaan yang paling menonjol dalam CIL ini. Seperti yang dikatakan Dewi Ayu “Pelacur itu penjaja seks komersial,sementara seorang istri menjajakan dengan sukarela. Masalahnya aku suka bercinta tanpa dibayar (CIL, hlm 128).  Membaca kalimat ini, tentu kita akan merasakan unsur seks yang sangat kentara di novel CIL ini, bahkan tanpa mengenal dengan siapa seks itu dilakukan. Oleh karena itu disini Eka berhasil membuat silsilah keluarga yang cukup rumit. Kecantikan di dalam novel ini diibaratkan sebagai perusak diri seseorang dan merusak segalanya. Tak salah, jika si Cantik tak habis pikir, heran dan ingin tahu. Sehingga ia bertanya pada Krisan, "kenapa kau menginginkan aku?" Dengan satu jawaban, akhirnya Krisan mau mengakui, "sebab cantik itu luka." Jawaban itu tak lebih sebagai satire pengarang untuk sebuah pikiran filosofis akan makna kecantikan di balik wajah seorang perempuan. Novel ini juga memuat tentang perkawinan sedarah yang dilakukan oleh Cantik dan Krisan(keponakan cantik).

Refleksi novel Cantik Itu Luka  terhadap persepsi  “cantik”  wanita Indonesia.

Membaca novel CIL, tentu para wanita akan merasa heran mengapa sebuah kecantikan bisa menjadi luka bagi pemiliknya.1 elok; molek (tt wajah, muka perempuan); 2 indah dl bentuk dan buatannya: meja ini -- sekali;  Cantik memang sesuatu yang relatif. Akan tetapi tampaknya cantik kini telah mempunyai patokan tersendiri di Indonesia, tinggi, putih, lamgsing dan behidung mancung seperti artis korea kebanyakan. Banyak wanita Indonesia sangat memuja kecantikan bangsa Korea, padahal rata-rata hampir semua artis korea melakukan operasi plastik untuk membuat fisik mereka kelihatan rupawan. Mereka rela pisau, silikon, dan suntikan-suntikan masuk ketubuh mereka.  Artis-artis Indonesia yang setiap hari di hadirkan di mata kita adalah mereka yang keturunan indo, yang keturunan Chinese , dan bukan wanita Indonesia asli. Wanita asli Indonesia tampaknya kurang mendapatkan tempat di negaranya sendiri. Itulah yang tidak disadari oleh jutaan wanita di Indonesia. Merka kebanyakan juga meniru cara berpakaian orang luar negeri yang cenderung terbuka, sehingga mengundang kejahatan seperti pemerkosaan dan pelecehan seksual.
Bercermin dari novel cantik itu luka, banyak remaja sekarang yang menjajakan dirinya hanya untuk memenuhi gaya hidup mereka yang mewah. Menggunakan baju yang harus mewah, handphone keluaran terbaru, dan setiap saat bisa berbelanja semau mereka. Bayangkan jika menjadi seorang Dewi Ayu, yang menjadi seorang pelacur karena ulah pemerintah kolonial pada saat itu?
Dampak lain dari persepsi cantik yang sudah terlanjur dianut oleh orang-orang Indonesia adalah banyaknya kosmetik yang mengandung bahan berbahaya yang dapat membuat para wanita cantik seketika. Produk pelangsing, produk peninggi badan, produk pemutih, dan masih banyak lainnya, itulah yang sedang meracuni tubuh wanita Indonesia. Mereka tidak sadar bahwa kecantikan kadang membawa sebuah luka, seperti contohnya kasus pemerkosaan. Kecantikan oleh wanita Indonesia tampaknya memang sesuatu yang di agung-agungkan, apapun akan dilakukan untuk mendapat kecantikan itu.
Mengapa kecantikan tampak menjadi hal yang sangat teragung dalam hidup para wanita. Semua cara mereka lakukan untuk meraih satu kata “cantik”. Bahkan ada seseorang yang melakukan korupsi untuk merombak fisiknya. Kecantikan memang sebuah anugerah dari Tuhan, tetapi kecantikan buatan manusia tidak akan seabadi buatan Tuhan.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar