Cantik Itu luka
Sebuah Refleksi Terhadap Persepsi
“cantik “ Wanita Indonesia
Jose Dc. Verdial
Munculnya
novel yang berlatar belakang kolonial pada saat Indonesia sudah mencapai
usia 59 tahun tentu mengundang banyak persepsi. Novel Cantik Itu luka
yang dikemas oleh Eka Kurniawan dengan latar belakang penjajahan Jepang di
Indonesia. Yang membuat persamaan Eka dan Pram adalah mereka sama-sama
menulis novel yang memuat sejarah, yang dimana mereka belum dilahirkan pada
sejarah yang diungkap pada novel mereka masing-masing. Jika pram menceritakan
wanita- wanita cantik, seperti Ontosoroh dan Anneleis (tetralogi buru,Bumi
Manusia), Eka menceritakan kesengsaraan bangsa kita sebagai bangsa yang
terjajah dan tertindas. Negara Indonesia yang pada masa itu rakyatnya sangat
menderita. Novel CIL( Cantik Itu Luka), lebih ditonjolkan penderitaan para
wanita yang bisa dikatakan memiliki paras cantik. Mereka akan dijadikan jugun
lanfu (pelacur) pada masa penjajahan Jepang.
Menelusuri
novel ini, akan serupa dengan gambaran novel Momoye, dimana wanita pada
masa itu dijadikan pelacur, bedanya disini Eka tidak hanya menonjolkan sisi
sejarah, tetapi juga berusaha mengungkapkan apa sebenarnya itu “cantik”.
Tokoh
sentral dalam novel ini adalah Dewi Ayu, anak Aneu Stamler atau cucu Ted
Stamler. Dewi Ayu adalah anak perkawinan luar nikah dari dua bersaudara lain
ibu. Namun kedua orang tua Dewi Ayu, Henri Stamler dan Anue Stamler
meninggalkan Dewi Ayu begitu saja di depan pintu rumahnya dan mereka pergi
angkat kaki ke negeri Belanda. Inilah awal kisahnya. Di zaman Jepang sebagian
besar penduduk ditangkapi oleh Jepang, terutama yang dianggap pro Belanda,
termasuk Dewi Ayu. Ia diasingkan ke sebuah pulau kecil yang seram dan
terpencil. Pulau ini, Bloedenkamp, adalah sebuah tempat yang mengerikan dan
menjijikkan. Selain dkenal angker, di sana juga tak ada makanan disediakan.
Para tawanan umumnya memakan apa yang ada di sekitar mereka termasuk cacing,
ular ataupun tikus. Kekejaman dan kehausan seksual Jepang di Bloedenkamp telah
memanggil nurani Dewi Ayu untuk memberikan dirinya kepada seorang tentara
Jepang untuk disetubuhi. Dewi Ayu sendiri, sebagaimana kenyataan di ujung
Pemerintahan Kolonial Belanda, berada dalam kesulitan sosial dan ekonomi.
Setelah mengalami kegetiran bersama penduduk di Bloedenkamp.
Dewi
Ayu bersama gadis-gadis lainnya dibawa diam-diam oleh Jepang ke tempat
pelacuran Mama Kalong di Halimunda. Mereka dipaksa menjadi pelacur. Mama Kalong
adalah germo yang paling terkenal dan profesional di sana. Namun pada masa
berikutnya rumah pelacuran Mama Kalong menjadi terkenal dan identik dengan Dewi
Ayu, ia menjadi selebriti di kota tersebut. Ketenarannya menyamai nama-nama
penguasa di kota tersebut. Bahkan Halimunda sendiri menjadi identik dengan
kecantikan pelacur Dewi Ayu.
Dewi
Ayu melahirkan empat anak yang tidak dikehendakinya, tiga di antaranya sangat
cantik dan diminati banyak lelaki di kota Halimunda. Ketiga putrinya yang
cantik itu adalah Alamanda, Adinda dan Maya Dewi. Kecantikan tiga putri itu
juga menjadi malapetaka bagi keluarganya sendiri. Karena itu, saat ia hamil
pada keempat kalinya, ia berdoa agar anaknya dialahirkan buruk rupa. Sebab
kecantikan akan membawa mereka ke dalam petaka. Anaknya yang keempat ini benar
lahir dengan menjijikkan namun punya keajaiban, ia diberi nama Cantik. Namun
Cantik akhirnya juga terjebak dalam perselingkuhan dengan Krisan. Krisan,
keponakannya sendiri yang patah hati setelah ditinggal mati Nurul Aini,
kemudian mencintai si Cantik dan mau bercinta dengannya. Tak salah, jika si
Cantik tak habis pikir, heran dan ingin tahu. Sehingga ia bertanya pada Krisan,
"kenapa kau menginginkan aku?" Dengan satu jawaban, akhirnya Krisan
mau mengakui, "sebab cantik itu luka”.
Poskolonial dalam
novel
Teori
postkolonial dapat didefinisikan sebagai teori kritis yang mencoba
mengungkapkan akibat-akibat yang ditimbulkan oleh kolonialisme (Ratna, 2008:
120). Analisis postkolonial dapat digunakan, di satu pihak untuk menelusuri
aspek-aspek tersembunyi atau dengan sengaja disembunyikan sehingga dapat diketahui
bagaimana kekuasaan itu bekerja, dipihak lain membongkar disiplin, lembaga, dan
ideologi yang mendasarinya. Novel CIL ini, menggunakan perspektif baru tentang
sejarah dan tentang realisme.. Mungkin ini yang coba diangkat oleh Eka
Kurniawan dalam Cantik itu luka. Sejarah kelam bangsa kita yang pernah dijajah
oleh Jepang, menyisakan luka mendalam, terutama bagi para wanita yang menjadi
pemuas nafsu binatang tentara zaman Jepang. Suasana penjajahan, kesengsaraan,
dan perang terasa sekali di novel CIl ini. Pengkhianatan seorang pribumi yang
bernama Mama Kalong yang menjual tubuh para gadis pribumi dan keturunan demi
mendapatkan kekayaan merupakan unsur yang menguatkan sejarah pada masa itu.
Novel
ini begitu tangguh dan telaten membangun jalan cerita yang rumit dan kompleks
dengan sejumlah latar sejarah yang luas dan fantasi yang absurd maupun surealis
serta melibatkan banyak tokoh berkecenderungan kejiwaan dan tabiat bejat,
skizofrenik dan tak terduga arah dan bentuknya.
Feminisme dalam novel
Cantik Itu Luka.
Tidak
hanya wanita yang memapu mengupas sisi feminisnya. Eka kurniawan telah
membuktikan bahwa ia mampu menguliti bahkan telah masuk kedalam sisi feminis
wanita didalamnya. Berbicara mengenai selangkangan, mengenai gairah menjadi
seorang wanita, berbicaraa mengenai kecemburuan, kecantikan, dan takut pada
kecantikan itu sendiri. Penggambaran seorang wanit cantik, deskripsi
fisik, deskripsi keluwesan tuubuh.Sisi feminis seorang ibu yang takut anaknya
berwajah cantik dan melakukan kesalahan seperti ibunya juga digambarkan oleh
Eka dengan baik.Kecenderungan wanita yang serakah, mudah tergoda pria, dan
ketegaran hati wanita mampu ia kemukakan dengan hati-hati.
Seks
adalah sisi kewanitaan yang paling menonjol dalam CIL ini. Seperti yang
dikatakan Dewi Ayu “Pelacur itu penjaja seks komersial,sementara seorang istri
menjajakan dengan sukarela. Masalahnya aku suka bercinta tanpa dibayar (CIL,
hlm 128). Membaca kalimat ini, tentu kita akan merasakan unsur seks yang
sangat kentara di novel CIL ini, bahkan tanpa mengenal dengan siapa seks itu
dilakukan. Oleh karena itu disini Eka berhasil membuat silsilah keluarga yang
cukup rumit. Kecantikan di dalam novel ini diibaratkan sebagai perusak diri
seseorang dan merusak segalanya. Tak salah, jika si Cantik tak habis pikir,
heran dan ingin tahu. Sehingga ia bertanya pada Krisan, "kenapa kau
menginginkan aku?" Dengan satu jawaban, akhirnya Krisan mau mengakui,
"sebab cantik itu luka." Jawaban itu tak lebih sebagai satire
pengarang untuk sebuah pikiran filosofis akan makna kecantikan di balik wajah
seorang perempuan. Novel ini juga memuat tentang perkawinan sedarah yang
dilakukan oleh Cantik dan Krisan(keponakan cantik).
Refleksi novel Cantik
Itu Luka terhadap persepsi
“cantik” wanita Indonesia.
Membaca
novel CIL, tentu para wanita akan merasa heran mengapa sebuah kecantikan bisa
menjadi luka bagi pemiliknya.1 elok; molek (tt wajah, muka perempuan); 2
indah dl bentuk dan buatannya: meja ini -- sekali; Cantik memang
sesuatu yang relatif. Akan tetapi tampaknya cantik kini telah mempunyai patokan
tersendiri di Indonesia, tinggi, putih, lamgsing dan behidung mancung seperti
artis korea kebanyakan. Banyak wanita Indonesia sangat memuja kecantikan bangsa
Korea, padahal rata-rata hampir semua artis korea melakukan operasi plastik
untuk membuat fisik mereka kelihatan rupawan. Mereka rela pisau, silikon, dan
suntikan-suntikan masuk ketubuh mereka. Artis-artis Indonesia yang setiap
hari di hadirkan di mata kita adalah mereka yang keturunan indo, yang keturunan
Chinese , dan bukan wanita Indonesia asli. Wanita asli Indonesia tampaknya
kurang mendapatkan tempat di negaranya sendiri. Itulah yang tidak disadari oleh
jutaan wanita di Indonesia. Merka kebanyakan juga meniru cara berpakaian orang
luar negeri yang cenderung terbuka, sehingga mengundang kejahatan seperti
pemerkosaan dan pelecehan seksual.
Bercermin
dari novel cantik itu luka, banyak remaja sekarang yang menjajakan dirinya
hanya untuk memenuhi gaya hidup mereka yang mewah. Menggunakan baju yang harus
mewah, handphone keluaran terbaru, dan setiap saat bisa berbelanja semau
mereka. Bayangkan jika menjadi seorang Dewi Ayu, yang menjadi seorang pelacur
karena ulah pemerintah kolonial pada saat itu?
Dampak
lain dari persepsi cantik yang sudah terlanjur dianut oleh orang-orang
Indonesia adalah banyaknya kosmetik yang mengandung bahan berbahaya yang dapat
membuat para wanita cantik seketika. Produk pelangsing, produk peninggi badan,
produk pemutih, dan masih banyak lainnya, itulah yang sedang meracuni tubuh
wanita Indonesia. Mereka tidak sadar bahwa kecantikan kadang membawa sebuah
luka, seperti contohnya kasus pemerkosaan. Kecantikan oleh wanita Indonesia
tampaknya memang sesuatu yang di agung-agungkan, apapun akan dilakukan untuk
mendapat kecantikan itu.
Mengapa
kecantikan tampak menjadi hal yang sangat teragung dalam hidup para wanita.
Semua cara mereka lakukan untuk meraih satu kata “cantik”. Bahkan ada seseorang
yang melakukan korupsi untuk merombak fisiknya. Kecantikan memang sebuah
anugerah dari Tuhan, tetapi kecantikan buatan manusia tidak akan seabadi buatan
Tuhan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar