ALIRAN TAGMEMIK BAHASA INDONESIA
Oleh
Jose Da Conceicao Verdial
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan
ilmu linguistik di dunia sangat pesat. Begitu pula dengan perkembangan aliran linguistik.
Setiap aliran memiliki ciri yang membedakan dengan aliran linguistik lainnya. Aliran
linguistik tertua adalah aliran tradisional yang dipelopori oleh Plato dan
Aristoteles. Aliran ini menitikberatkan pada analisis fungsi-fungsi kalimat.
Selanjutnya muncul aliran struktural dipelopori oleh Ferdinand de Saussure.
Pada aliran ini berfokus pada kategori-kategori struktur gramatikal.
Selanjutnya muncul aliran transformasi yang dipelopori oleh N. Chomsky dan
berlandaskan pada paham mentalisti. Kemudian muncul aliran Case Grammer yang
memfokuskan kajian pada masalah peran (role). Ada juga aliran
Relasionalisme membahas mengenai hubungan antarbagian di dalam struktur.
Berdasarkan aliran-aliran di atas, muncullah aliran yang disebut dengan aliran
tagmemik.
Aliran tagmemik
memadukan beberapa fokus ilmu pada aliran sebelumnya. Aliran tagmemik dipelopori
oleh Kenneth L. Pike, seorang tokoh dari Summer Institute of Linguistics.
Yang dimaksud dengan tagmem adalah korelasi antara fungsi gramatikal
atau slot dengan sekelompok bentuk-bentuk kata yang dapat saling
dipertukarkan untuk mengisi slot tersebut. misalnya, dalam kalimat Pena
itu berada di atas meja;bentuk pena itu mengisi fungsi subjek, dan
tagmem subjeknya dinyatakan dengan pena itu.
Selain memadukan fokus
ilmu pada aliran sebelumnya, aliran tagmemik ini merupakan aliran yang bisa
dibilang muda. Aliran ini lahir pada tahun 1977, bersamaan dengan
diterbitkannya buku “Gramatical Analysis”. Indonesia pun banyak berperan
terhadap lahirnya alran tagmemik ini. Hal inilah yang kemudian mendasari kami
dalam penulisan makalah ini.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar
belakang sebelumnya, rumusan masalah dalam makalah ini sebagai berikut.
1. Bagaimana ciri
aliran tagmemik?
2. Siapakah tokoh
pencetus aliran tagmemik?
3. Bagaimana
perkembangan dan penerus aliran tagmemik?
4. Bagaimana penerapan
aliran tagmemik dalam menganalisis kalimat?
C. Tujuan
1. Mendeskripsikan ciri
aliran tagmemik.
2. Memperkenalkan tokoh
pencetus aliran tagmemik.
3. Mendeskripsikan
perkembangan dan penerus aliran tagmemik.
4. Mendeskripsikan
penerapan aliran tagmemik dalam menganalisis kalimat.
PEMBAHASAN
A.
CIRI-CIRI ALIRAN TAGMEMIK
Telah dijelaskan sebelumnya bahwa aliran tagmemik adalah
aliran yang banyak terpengaruh dengan struktural Bloomfield. Namun, setiap
aliran pasti memiliki karakteristik yang menjadikannya identitas khusus.
Begitupun dengan aliran tagmemik yang dipelopori oleh Pike ini. Beberapa
karakteristik aliran tagmemik berdasarkan Soeparno (2008:9-44) sebagai berikut.
1.
Teori
Kesemestaan
Aliran tagmemik pada dasarnya
menyetujui teori kesemestaan. Teori kesemestaan beranggapan bahwa semua bahasa
yang ada di dunia ini di samping memiliki cirri khasnya masing-masing juga
memiliki cirri atau karakter yang sama untuk semua bahasa. Atas dasar ini
anggapan banyak orang bahwa aliran Tagmemik hanya dapat diterpkan untuk bahasa
inggris dan bahasa- bahasa yang setipe dengannya dapat ditepis. Bahkan menurut Pike dalam Soeparno (2008:9), konsep
kesemestaan dalam aliran Tagmemik tidak hanya terbatas dalam arti dapat
diterapkan untuk semua bahasa tetapi juga dalam arti dapat diterapkan untuk
bidang-bidang kehidupan di luar bahasa.
2.
Sifat
Eklektik
Aliran
Tagmeik bersifat eklektik karena secara substansial aliran ini adalah perpaduan
dari aneka macam teori yang dirangkum menjadi satu. Karakteristik aliran
linguistik tertentu dipilih dan ditempatkan secara proporsional sesuai dengan
peran masing-masing. Karakteristik analisis fungsi pada teori Tradisional
ditempatkan pada dimensi slot. Karakteristik analisis unsur langsung atas
kategori gramatikal pada aliran Struktural dan analisis surface structure pada aliran
Transformasi ditempatkan pada dimensi fillerclass. Karakteristik analisis peran
pada Case Grammar ditempatkan pada dimensi role atau peran. Karakteristik
hubungan antarunsur pada aliran Relasionalisme ditempatkan pada dimensi kohesi.
Beberapa
ahli bahasa beranggapan/menilai bahwa pada dasarnya aliran Tagmemik tidak
memiliki karakteristik yang khas sebab hanya sekedar merangkum karakteristik
teori-teori yang ada sebelumnya. Anggapan tersebut sebenarnya sangat tidak
tepat. Memang dalam hal dimensi tagmem demikian adanya, namun pada statement-
statement- nya tentang hakikat kalimat, klausda predikat, dan hierarki
gramatikal, aliran Tagmemik memiliki pandangan tersendiri yang berbeda dengan
aliran sebelumnya.
3.
Setiap Stuktur Gramatik Terbangun atas Tagmen-tagmen
Tagmen adalah unsur dari suatu konstruksi gramatik yang memiliki empat
dimensi, yakni dimensi slot, dimensi klas, dimensi peran, dan dimensi kohesi.
1) Slot
Slot adalah suatu dimensi tagmem yang merupakan tempat kosong di dalam stuktur yang harus
diisi oleh fungsi tagmen. Dalam tataran klausa fungsi tagmen tersebut berupa
subjek, predikat, objek, dan adjung. Pada tataran lain umumnya fungsi tagmen
berupa inti (nucleus) dan luar inti (margin).
2) Klas (Filler Class)
Kelas merupakan dimensi tagmen yang merupakan wujud nyata dari
slot. Wujud nyata slot tersebut berupa satuan-satuan lingual seperti morfem,
kata, frasa, klausa, alinea, monolog, dialog, dan wacana.
3) Peran (Role)
Peran adalah dimensi atau benda penanda tagmen yang
merupakan pembawa fungsi tagmen. Memang agak sulit membedakan fungsi dan peran.
Pelaku (actor) dan penderita (undergoer) adalah peran. Pelaku dan penderita
tersebut dapat menjadi pembawa fungsi subjek. Dengan demikian, ada subjek
dengan peran penderita.
4) Kohesi
Kohesi adalah dimensi tagmen yang merupakan pengontrol
hubungan antartagmen. Pengontrol hubungan yang hampir terdapat pada semua
bahasa ialah kaidah ketransitifan pada klausa yang berlaku untuk klausa
transitif, klausa intransitif, dan klausa ekuatif.
Keterkaitan keempat satuan dalam konteks tagmem
adalah sebagai berikut:
4.
Ciri
Hierarki
Soeparno menjabarkan adanya tiga
cirri hierarki dalam aliran tagmemik, sebagai berikut.
a.
Hierarki Referensial
Hierarki
ini mengatur tata makna yang merentang dari makna lexicalpackage (bungkus
leksem), term (istilah), propoisition (proposisi), themedevelopment (pengembangan
tema), sampai ke social interaction (interaksi sosial). Makna bungkus
leksem berada pada tataran morfem dan gugus morfem, makna istilah berada pada
tataran kata dan frase, makna proposisi berada pada tataran klausa dan kalimat,
makna pengembangan tema berada pada tataran paragraf dan monolog, sedangkan
makna interaksi social berada pada tataran dialog dan percakapan.
b.
Hierarki Fonologikal
Hierarki
ini mengatur tata bunyi dari satuan- satuan bunyi sampai ke suku kata. Yang
termasuk dalam hierarki ini tekanan, nada, tempo, intonasi, dan jeda/
kesenyapan. Aliran Amerika memilah hierarki fonoogikal ini menjadi dua
kelompok, yakni sifat -emik dan sifat –etik. Kelompok
yang sifatnya –emik dikaji dalam anak subdisiplin linguistikyang bernama
fonemik, sedangkan yang bersifat etik dikaji dalam anak subdisiplin linguistik
yang bernama fonetik.
c.
Hierarki Gramatikal
Ciri khas aliran Tagmemik dalam hal hierarki Gramatikal. Hierarki
gramatikal pada aliran Tagmemik merentang dari morfem, kata, frase, klausa,
kalimat, paragraf, monolog, dialog, percakapan, sampai wacana.
5.
Tataran
Normal dan Tak Normal
Secara
garis besar, hierarki gramatikal dalam aliran Tagmemik dapat dikelompokkan
menjadi dua golongan, yakni tatanan normal (normal mapping) dan tatanan
abnormal (abnormal mapping) yang meliputi level skipping, layering
dan back looping.
1)Tataran Normal
Tatanan normal adalah suatu urutan jenjang dalam
struktu gramatikal yang unsur langsungnya memiliki tataran satu tingkat lebih
rendah. Unsur langsung wacana adalah percakapan, unsur langsung percakapan
berupa dialog berupa monolog, unsur langsung monolog berupa paragraph/ alinea,
unsur langsung paragraph berupa kalimat, unsure langsung kalimat berupa klausa,
unsur langsung klausa berupa frase, unsur langsung frase berupa kata, unsur
langsung kata adalah morfem. Morfem merupakan bentuk gramatik terkecil yang
tidak dapat dipecah lagi. Tataran tertinggi menurut aliran Tagmemik adalah
wacana.
2)
Tataran Tak Normal
Menurut
Soeparno (2008:18) tatanan tak normal merupakan tatanan yang tidak mengikuti
kaidah atau aturan yang berlaku pada tatanan yang normal. Tatanan tak normal
terdiri atas tiga jenis, yakni level skipping (loncatan
tataran), layering (pelapisan),
dan back looping (hierarki terputar).
a) Level skipping (Loncatan Tataran)
Level
skipping adalah suatu tatanan tak normal dalam hierarki
gramatikal yng memiliki ciri bahwa unsur langsung suatu struktur gramatik tidak
setingkat lebih rendah, tetapi beberapa tingkat lebih rendah.
b) Layering (Pelapisan)
Layering adalah
suatu tatanan tak normal dalam hierarki gramatikal yang memiliki ciri bahwa
unsure langsung suatu struktur gramatik tidak satu tingkat lebih rendah, tetapi
justru sama levelnya dengan struktur gramatik tersebut.
c) Back Lopping (Hierarki terputar)
Back
lopping adalah suatu tatanan tak normal dalam hierarki
gramatikal yang memiliki ciri bahwa unsure suatu struktur gramatikal tidak satu
tingkat lebih rendah, tetapi justru lebih tinggi levelnya dari struktur
tersebut.
6.
Kalimat
Tidak Memiliki Subjek dan Predikat
Pada
aliran Tradisional dan beberapa aliran lain selalu menganalisis kalimat atas
S-P, S-P-O, atau S-P-O-K. Hanya aliran tagmemiklah yang berani menyatakan
dengan tegas bahwa slot S-P-O, maupun K bukan pada tataran klausa.
Slot
subjek, predikat, objek, ataupun komplemen adalah slot yang diperuntukkan bagi
suatu struktur gramatik yang hubungan antara tagmem- tagmem partisipannya
berupa hubungan string dimana antara unsur yang satu tidak ada yang lebih
penting dari yang lain atau membentuk suatu untaian. Itulah sebabnya klausa
menduduki untaian yang istimewa di dalam aliran Tagmemik.
Kalimat terdiri
atas unsur- unsur yang berupa klausa. Hubungan antar klausa yang satu dengan
yang lain tidak berupa hubungan string, tetapi berupa hubungan nucleus(inti)
dan margin (luar inti), atau topik (pokok)
dan comment (sebutan).
7.
Predikat
Harus Berupa Kata Kerja/Frase Kerja
Menurut
teori Tagmemik slot predikat harus diisi oleh klas kata kerja/ frase kata kerja.
selain kata kerja/frase kerja tidak mungkin mengisi slot predikat. Dengan
demikian tidak akan ada istilah kalimat nominal.
8.
Tidak
Ada Batas antara Morfologi
Pada
aliran Struktural bidang Morfologi dan Sintaksis dipisahkan secara tegas.
Urusan kata dan morfem menjadi wilayah morfologi, sedangkan urusan frase,
klausa, dan kalimat menjadi wilayah sintaksis. Pemisahan semacam ini ada
kalanya dapat diterapkan tanpa ada masalah, tetapi adakalanya juga bermasalah.
9.
Analisis
Dimulai dari Wacana
Aliran Struktural memulai analisisnya dari analisis
kata (Nida, 1949), sedangkan aliran Transformasi memulai analisisnya dari
kalimat (Chomsky, 1957). Aliran Tagmemik juga menganalisis kata dan menganalisi
kalimat, tetapi titik awal analisisnya dimulai dari analisis wacana. Semua
level gramatik menjadi bidang kajiannya yang merentang dari wacana sampai ke
morfem. Tidak ada pemisahan bidang wacana, sintaksis, dan morf ologi. Dalam
Soeparno (2008:28) dijelaskan bahwakedudukan klausa pada aliran tagmemik
dianggap sebagai satuan gramatik yang unik, yakni sebagai satuan lingual
terkecil yang bermakna proposisi dan merupakan hubungan string (untaian)
10. Analisis Tagmemik
Analisis
tagmemik menggunakan rumus-rumus dengan singkatan-singkatan istilah. Pada
dasarnya, istilah dan singkatan yang dipergunakan bebas, dapat menggunakan
istilah asing, dapat juga menggunakan istilah Indonesia. Namun, istilah dan
singkatan yang dipakai harus konsisten.
11. Pembedaan Ciri-Etik dan Ciri-Emik
Aliran Tagmemik mulai menegakkan eksistensi ciri –etik dan ciri-emik di
dalam suatu struktur. Pembedaan ciri ini sudah mulai muncul pada aliran
Struktural meski belum ditekankan. Ciri –etik adalah suatu ciri yang tidak
membedakan, sedang ciri –emik adalah suatu ciri yang bersifat membedakan. Pada
aliran Struktural terbatas pada pembedaan Fonetik dan Fonemik saja. Pada aliran
Tagmemik penggunaan dan penerapan ciri-ciri tersebut lebih luas lagi sampai
pada pembedaan ciri peran dan pembedaan tipe-tipe klausa. Ciri etik dan emik
pada tataran berdampak pada klasifikasi tipe klausa, yang secara garis besar
dibedakan menjadi dua kategori yakni tipe klausa berdasarkan peran –etik dan
tipe klausa berdasarkan peran –emik.
12. Menyukai Analisis Bahasa yang Belum
Dikenal
Menurut Pike (1982:24) Aliran Tagmemik sangat
tertarik untuk menganalisis bahasa yang belum dikenal. Analisis terhadap bahasa
yang tidak dikenal atau sudah diketahui kaidahnya tidak begitu signifikan
sebagai suatu temuan. Oleh karena itu para penguat alliran tagmemik rela
berpayah-payah ke tempat yang jauh demi memburu bahasa yang belum pernah
dijamah peneliti.
Analisis biasanya dilakukan dengan melalui
tahap-tahap 1) Pengumpulan data, 2) Klasifikasi data berdasarkan tipe dan
jenis dan penyusunan peta kerja, kadang-kadang , 3) diagaram pohon, 4)
Pembuatan rumus utama, 5) Penyusunan rumus bawahan, 6)
Pembacaan rumus dan 7) Identifikasi klas morfem.
B.
TOKOH PENCETUS ALIRAN TAGMEMIK
Kenneth Lee Pike
Secara relative teori Tagmemik kini memang boleh
dikatakan masih cukup baru. Kebulatan dan kelengkapannya baru terwujud pada
tahun 1977 dengan terbitnya buku “Grammatical Analysis” karangan Keneth
L. Pike dan Evelyn G. Pike. Mereka sepasang suami istri dari University of
Texas at Arlington dan sebagai direktur SIL (Summer Institusi of
Linguisticts).
C. Perkembangan Aliran Tagmemik di Dunia
dan di Indonesia
Sebelum aliran Tagmemik lahir, telah ada aliran-aliran yang
lebih dulu berkembang. Berikut ini akan dideskripsikan karakteristik beberapa
aliran linguistik yang ada kaitannya dengan aliran Tagmemik terutama yang ikut
memotivasi lahirnya aliran Tagmemik.
Aliran linguistik tertua adalah aliran Tradisional (abad IV)
dipelopori oleh Plato dan Aristoteles dengan menggunakan dasar pemikiran
filsafat. Tata bahasa mereka dinamakan tata bahasa Normatif. Kriteria
kegramatikalan ditetapkan berdasarkan kaidah secara ketat dan konsisten. Aliran
ini masih mencampuradukan bahasa dalam arti yang sebenarnya dengan tulisan.
Tokoh-tokoh diantaranya: Zaandvoort, C.A Mees, Van Ophuysen, R.O Winstedt,
Poedjawijatna, Tardjan Hadidjaja.
Selanjutnya pada awal abad XX lahir aliran Struktural yang
dipelopori oleh Ferdinan de Saussure berlandaskan pada pola pemikiran
behavioristik. Bahasa dirumuskan sebagai suatu sistem tanda arbriter yang
konvensional. Kegramatikalan ditetapkan berdasarkan keumuman. Level gramatikal
tertata secara pilah dari morfem, kata, frase, klausa dan kalimat. Tokoh-tokoh
diantaranya: Leonard Bloomfield, Eugine Nida, Charles F. Hockett, Ch. C. Fries,
Eduard Sapir, N.S. Trubetzkoy, Willem Francis Mackey, R. Jacobson, Martin Joos,
Anton Moeliono, M. Ramlan.
Berikutnya pada tahun 1967 muncul aliran Transformasi yang
dipelopori oleh N. Chomsky berdasarkan pada paham mentalistik. Bahasa merupakan
proses kejiwaan di lapis batin. Kriteria kegramatikalan ditetapkan berdasarkan
kaidah yang diterapkan secara kreatif. Dalam level gramatikal aliran ini tidak
mengakui adanya klausa. Tokoh- tokoh yang disebut antara lain P. Postal, J.A. Fodor,
M. Halle, R. Palmatier, L. Lyons, Y.P.B. Allen, P. Van Buren, R.D. King, R.A.
Jacobs, J. Greene.
Mengiringi perkembangan aliran Strukturalisme muncul aliran
Relasionalisme. Nama lain aliran ini ialah Stratifikasionalisme. Aliran ini
beranggapan bahwa bahasa merupakan suatu perangkat hubungan antar bagian yang
membangun satu seri tata urut tataran- tataran didalam suatu struktur yang
berkaitan satu sama lain. Tokoh- tokoh yang dapat disebut anntara lain
Hielmsev, S. Lamb, F. West, Geoffery Sampson.
Setelah itu, muncul aliran yang lain yakni Case Grammer.
Aliran ini memfokuskan kajiannya pada masalah peran (role). Peran adalah
ciri atau penanda dalam struktur gramatik yang merupakan pembawa fungsi suatu
komponen didalam struktur. Tokoh- tokoh yang dapat disebut antara lain J.M.
Anderson, Ch. J. Fillmore, R.E. Longacre, W.A. Cook.
Berdasarkan uraian di atas tampak ada perbedaan dan
pertentangan antara aliran yang satu dengan aliran yang lain. Apabila dinalar
dengan penuh kecermatan sebenarnya setiap aliran tidak perlu ada yang dicela
dan tidak perlu mencela satu dengan yang lain. Setiap aliran memiliki kelemahan
dan sekaligus memiliki keunggulan. Atas dasar argumentasi tersebut sudah
sepantasnya didukung adanya upaya untuk mengakomodasi setiap keistimewaan dari
setiap aliran-aliran tersebut untuk diwadahi dalam peta yang proporsional.
Aliran Tradisional mempunyai keunggulan dalam analisis
fungsi-fungsi kalimat, aliran Struktural mempunyai keunggulan dalam analisis
kategori-kategori gramatikal, aliran Case Gramar mempunyai keunggulan dalam
analisis peran dan aliran Relasionalis mempunyai keunggulan dalam analisis
hubungan antar bagian di dalam struktur. Inilah sebenarnya yang
melatarbelakangi munculnya aliran Tagmemik yang elektik dan eklektik yang
memilih unsur-unsur tertentu yang cocok untuk dipadukan menjadi satu kesatuan
di dalam model analisis.
Secara singkat, lahirnya aliran tagmemik ini memiliki dua
generasi, yaitu:
1) Generasi Pertama
Generasi ini sebenarnya belum dapat disebut teori
tagmemik yang sebenarnya. Paling tepat disebut rintisan menuju tagmemik. Pada waktu itu
kelengkapan spesifikasi ciri tagmemik baru ada dua, yakni slot dan filler class
saja. Dengan demikian analisisnya masih agak sederhana. Sebagai missal ,
klausa”Kepalan Tyson telah mengenai rahang Spinks” dianalisis sebagai: S:
NP+P:VP+O:NP.
Ahli bahasa yang terlibat pada generasi pertama ini
antara lain: B. Elsen (1962), V. Pickett (1962), R.E. Longacre (1964), W.A.
Cook (1969), (1970), (1971).
2 ) Generasi kedua
Pada geberasi kedua ini teori
tagmemik baru mencapai kesempurnaannya. Untuk melahirkan buku”Grammatical
Analysis” Pike suami istri memerlukan waktu delapan tahun. Salah satu tempat yang dipakai
untuk uji coba adalah Indonesia, yakni di daerah Irian Jaya atau lebih tepatnya
di danau Bira (1976). Ciri tagmen tidak lagi dua dimensi, melainkan empat
dimensi, yakni slot, class, role, dan cohesion.
Sebenarnya Verhaar pernah mengemukakan
konsepnya tentang analisis kalimat/klausa yang senada dengan teori tagmemik
ini. Verhaar merupakan teori antara, dari tagmemik generasi pertama ke generasi
tagmemik kedua. Demikian pula, Eduard Travis (1980) telah berhasil menganalisis
makanan orang Sunda dengan menggunakan teori ini.
Pada dasarnya aliran Tagmemik yang sebenarnya lahir tahun
1977 yang dipelopori oleh K.L. Pike dan E.G. Pike bersamaan dengan terbitnya
buku Gramatical Analysis. Sebelum itu memang pernah ada buku An
Introduduction to Tagmemic Analysis (Cook, 1969) namun belum dapat disebut
sebagai aliran Tagmenik yang lengkap, sebab baru melibatkan dua dimensi, yakni slot
dan filler class.bahkan jauh sebelum itu istilah tagmem pernah dipakai
oleh Bloomfield dalam bukunya Language yang ditulis tahun 1933. Dalam
Soeparno, Bloomfield menyampaikan bahwa:
“In the case of lexical form we have define the smallest
meaningful unit as morpheme, and their meaning as sememe; in the same way, the
smallest meaningful units of grammatical form may be spoken spoken of as
tagmemes, and their meaning as episememe”(Blomfield dalam Soeparno, 2008:6)
Dari munculnya istilah tagmem hingga menjadi nama sebuah
aliran linguistik ditempuh jalan yang sangat panjang. Awalnya tahun 1962
Benyamin Elson dan Velma Pickett merintis kearah aliran ini dalam bukunya yang
berjudul An Introduction to Morphology and Syntax. Selanjutnya rintisan
itu dilanjutkan oleh Rober E. Longarce dalam tulisannya yang berjudul An
Anatomy of Speech Notion pada tahun 1964. Setelah danya rintisan itu
tampaknya Walter A. Cook yang semula sangat giat mengakrabi aliran Transformasi
dan Case Grammer tergoda untuk terjun ke aliran Tagmemik. Walaupun analisisnya
baru terbatas pada dua dimensi (slot dan filler class), tetapi
karyanya sangat dikagumi oleh banyak ahli bahasa karena kecermatannya dalam
analisis dan kerapian dalam analisis dan kerapian dalam merumuskan
definisi-definisi. Dalam bukunya Introduction to Tagmemic Analysis, ia
menjelaskan bahwa:
“In tagmemic string-type analysis, the construction is
viewed as a set of multiple relations. The tagmeme units are points in the
pattern, and are related to each other within
that pattern. The functional points arre not rigidly defined. They are
largerly intuitive, and correspond to traditional notions of subject and
predicate, head and modifier.... “ (Cook, 1969:8)
Aliran Tagmemik menjadi sempurna setelah dikembangkan selama
kurun waktu 8 tahun sejak terbitnya An Introduction to Tagmemic Analysis
(1969).
Alkisah sepasang suami istri Keneth L. Pike dan Evelyn
Gloria Pike yang berkebangsaan Amerika melakukan liburan di Karibia. Pada
kesempatan itu Pike suami istri mencatat keanehan atau kekhasan pada bahasa
yang dipakai oleh masyarakat di daerah itu. Data yang diperoleh didiskusikan
untuk menemukan struktur dan kaidahnya namun tidak dapat tuntas karena data
yang dimiliki belum memadahi. Untuk itu dibentuklah suatu oraganisasi
linguistic dengan nama The Summer Institute of Linguistics (SIL).
Di Indonesia penelitian dilakukan di Irian Jaya. Mereka
sangat cocok di daerah tersebut karena banyak bahasa daerah Irian Jaya yang
belum diteliti. Untuk itu dibangunlah sebuah base camp di Danau Bira
yang berlokasi di pedalaman Irian Jaya di tepi sungai Mamberamo. SIL bekerja
sama dengan Universitas Cedrawasih dengan menyumbangkan pesawat terbang jenis
Chesna dan sebuah helikopter kepada universitas tersebut agar penelitian diizinkan
oleh pemerintah Indonesia yang tidak memperbolehkan orang asing melakukan
penelitian dengan membawa kendaraan dari negaranya. Meskipun pada kenyataannya
kendaraan tersebut digunakan juga oleh SIL karena kondisi daerah penelitian
yang sangat terpencil. Akhirnya, penelitian tersebut berjalan dengan lancar.
Setiap tahun Sil mengumpulkan seluruh anggota yang tersebar
di seluruh dunia untuk melaporkan hasil penelitian. Tahun 1976 pertemuan
diselenggarakan di Indonesia tepatnya di kampus Universitas Cenderawasih
Abepura Irian Jaya. Dalam pertemuan itu, ikut hadir pula beberapa tokoh di luar
anggota SIL, antara lain Dr. Soedaryanto (dari UGM Yogyakarta) dan
Prof.Verhaar (dari Belanda). Hasil seminar didokumentasikan dalam judul “From
Baudi to Indonesian”. Pada kesempatan yang sama Pike & Pike
mempresentasikan hasil pembaruan Teori Tagmemik dalam bentuk draf buku berjudul
“Gramatical Analysis”. Atas rekomendasi para ahli buku itu diterbitkan
tahun 1977. Tahun tersebut merupakan tahun yang sangat bersejarah bagi aliran
tagmemik karena telah lahir sebuah buku aliran Tagmemik yang lengkap.
Secara relatif usia teori ini memang masih dapat disebut
muda, namun embrionya sebenarnya sudah lama ada. Beberapa tokoh yang patut
disebut dalam sejarah perkembangan teori ini antara lain Benjamin Elson (1962),
Velma Pickett (1962), Robert E. Longacre (1964), dan Walter A. Cook (1969,
1970, 1971).
D. Analisis Kalimat
Berdasarkan uraian sebelumnya mengenai
penganalisisan kalimat, dalam makalah ini kami uraikan analisis beberapa
klausa/kalimat dengan menggunakan analisis aliran tagmemik.
Data:
1) Hari
ini saya belajar linguistik.
2) Saya
suka membaca buku.
3) Kuingin
melampiaskan rindu yang tertunda.
4) Saya
tidak masuk karena sakit.
5) Dirinya
sakit karena disakiti.
Untuk menganalisis beberapa kalimat di
atas, terlebih dahulu membuat diagram pohon untuk mempermudah penganalisisan
pada tahap tataran gramatik.
1. Hari
ini saya belajar linguistik.
![]() |




![]() |













MD MD MD Af MD MD
Hari ini Saya ber-
ajar linguistik
Komp:
FB(KB+KGt) + S:FB(KB) + P:FK(KK) + Pel:FB(KB)
Kla:
±
|
Komp
|
FB1
|
+
|
S
|
FB2
|
+
|
P
|
FK
|
±
|
Pel
|
FB3
|
K.waktu
|
Plk
|
Stat
|
I
|
Plh
|
FB1:Hari
ini
+
|
In
|
KB1
|
±
|
LIn
|
KGt
|
It
|
pnt
|
FB2:
Saya
+
|
In
|
KB2
|
It
|
FK:
Belajar
+
|
In
|
KK
|
Sta
|
I
|
FB3:
Linguistik
±
|
Lin
|
KB2
|
It
|
KB:
+
|
In
|
MD
|
It
|
KK:
+
|
In
|
Af
|
+
|
In
|
KB
|
Pbk
|
It
|
Rumus
tersebut dibaca:
a. Klausa
Intransitif terdiri atas tagmem Komplemen yang bersifat opsional dengan peran
Keterangan waktu yang diidsi oleh Frasa Benda, tagmem Subjek bersifat wajib
dengan peran pelaku yang diisi oleh frase benda, tagmem predikat bersifat
wajib, dengan peran statement diisi oleh Frasa Kerja, dan tagmem pelengkap
bersifat opsional dengan peran pilihan yang diisi oleh Frase Benda. Kaidah
kohesinya: predikat dengan frase kerja intransitif tidak memaksa hadirnya
tagmem objek atau pelengkap dalam kalimat, sehingga pelengkap berperan sebagai
pilihan.
b. Frasa
Benda1 terdiri atas tagmem inti bersifat wajib dengan peran item yang diisi
oleh kata benda, dan tagmem luar inti bersifat opsional dengan peran
penentu(penunjuk) yang diisi kata ganti.
c. Frasa
benda 2 terdiri atas satu tagmem inti bersifat wajib dengan peran pelaku yang
diisi kata benda
d. Frasa
benda 3 terdiri atas satu tagmem luar inti bersifat opsional dengan peran item yang
diisi oleh kata benda.
e. Frasa
kerja terdiri atas satu tagmem inti bersifat wajib dengan peran statement yang
diisi oleh kata kerja.
f. Kata
benda terdiri atas satu tagmem inti bersifat wajib dengan peran item yang diisi
dengan morfem dasar.
g. Kata
Kerja terdiri atas tagmem inti yang bersifat wajib dengan peran pembentuk kerja
yang diisi oleh afiks, dan tagmem inti bersifat wajib dengan peran item yang
diisi oleh kata benda.
- Saya suka membaca buku.
![]() |



![]() |
















Saya suka me- baca buku
S: FB (KB) + P: FK (KS+KK) + O: FB (KB)
Kla:
+
|
S
|
FB1
|
+
|
P
|
FK
|
+
|
O
|
FB2
|
Plk
|
Stat
|
T
|
Pdr
|
FB1: Saya
+
|
In
|
KB1
|
It
|
FK: Suka membaca
±
|
Lin
|
KS
|
+
|
In
|
KK
|
Asp
|
Stat
|
T
|
FB2: buku
+
|
In
|
KB2
|
It
|
KB:
+
|
I
|
MD
|
It
|
KK: membaca
±
|
LIn
|
Af
|
+
|
In
|
MD
|
Pbk
|
Pred
|
Rumus
di atas dapat dibaca:
a. klausa
transitif terdiri atas tagmem Subjek bersifat wajib yang berperan pelaku dan
diisi dengan Frase Benda, tagmem predikat bersifat wajib yang berperan sebagai
statement dan diisi oleh frase kerja, dan tagmem Objek yang bersifat wajib
dengan peran penderita dan diisi oleh frasa benda.
b. frase
benda I terdiri atas satu tagmem inti bersifat wajib dengan peran item yang
diisi oleh kata benda.
c. frase
kerja terdiri atas tagmem luar inti
bersifat opsional berperan aspek yang diisi kata sifat, dan tagmem inti
bersifat wajib berperan statement diisi kata kerja dengan hubungan kohesi
transitif.
d. frase
benda II terdiri atas tagmem inti bersifat wajib dengan peran item yang diisi
kata benda.
e. kata
benda terdiri atas tagmem inti yang bersifat wajib dengan peran item yang diisi
oleh morfem dasar.
f. kata
kerja terdiri atas tagmem luar inti bersifat wajib dengan peran pembentuk kerja
yang diisi afiks dan tagmem inti bersifat wajib berperan predikatif diisi oleh
morfem dasar.
Kuingin melampiaskan rindu yang tertunda. à Aku ingin melampiaskan rindu yang tertunda.



![]() |




![]() |










Aku ingin me- lampias
-kan rindu yang ter- tunda
S: FB(KB) + P: FK (Adv+KK) + O: FB
Kla:
+
|
S
|
FB
|
+
|
P
|
FK
|
+
|
O
|
FB
|
Pelaku
|
Sta
|
T
|
pdr
|
FB1:
Aku
+
|
In
|
KB1
|
It
|
FK:
ingin melampiaskan
±
|
Lin
|
Kket
|
+
|
In
|
KK
|
Asp
|
Stat
|
T
|
FB2:
rindu yang tertuda
+
|
In
|
KB
|
±
|
LIn
|
p
|
±
|
LIn
|
KK
|
Pdr
|
Asp
|
Pbd
|
Rumus
di atas dapat dibaca:
a. Klausa
transitif terdiri atas tagmem subjek bersifat wajib dengan peran pelaku diisi
oleh frasa benda, tagmem predikat bersifat wajib dengan peran statement diisi
oleh frase kerja dengan kohesi transitif, dan tagmem objek dengan peran
penderita diisi oleh frasa benda.
b. Frase
benda 1 terdiri atas satu tagmem inti bersifat wajib dengan peran item yang
diisi oleh kata benda.
c. Frase
kerja terdiri atas tagmem luar inti bersifat opsional dengan peran aspek yang
diisi kata keterangan (adv), dan tagmem inti yang bersifat wajib dengan peran
statement yang diisi kata kerja.
d. Frase
benda 2 terdiri atas tagmem inti bersifat wajib dengan peran penderita yang
diisi kata benda, tagmem luar inti bersifat opsional dengan peran aspek yang
diisi partikel, dan tagmem luar inti yang bersifat opsional berperan pembentuk
benda diisi oleh kata kerja.
- Saya tidak masuk karena sakit.



![]() |
|
![]() |






















Saya tidak masuk karena sakit
S:
FB(KB) + P: FK (Adv+KK) + Konj + P: FK
KlaSta:
+
|
S
|
FB
|
+
|
P
|
FK
|
Pdr
|
Sta
|
T
|
FB:
+
|
In
|
KB
|
It
|
FK:
+
|
In
|
Adv
|
+
|
In
|
KK
|
Asp
|
Ink
|
Stat
|
KlaImp:
+
|
P
|
FK
|
Imp
|
FK:
+
|
In
|
KK
|
Pred
|
Rumus di atas dapat dibaca:
- Kla statement terdiri atas tagmem subjek yang bersifat wajib dengan peran penderita diisi frase benda, tagmem predikat bersifat wajib dengan peran statement diisi frase kerja dengan kohesi transitif.
- Frase benda terdiri atas tagmem inti bersifat wajib dengan peran item diisi kata benda.
- Frase kerja terdiri atas tagmem inti bersifat wajib dengan peran aspek diisi kata keterangan (adv) dengan kohesi inkaran, tagmem inti bersifat wajib dengan peran statement diisi kata kerja.
- Kla imperatif terdiri atas tagmem predikat bersifat wajib dengan peran imperative yang diisi oleh frase kerja.
- Frase kerja terdiri atas tagmem inti bersifat wajib dengan peran predikat diisi oleh kata kerja.
- Dirinya sakit karena disakiti.



![]() |



























Diri -nya sakit karena di- sakit
-i
S:
FB (KB) + P: FK (KK) + Konj + P: FK
Kla
Sta:
+
|
S
|
FB
|
+
|
P
|
FK
|
Pdr
|
Sta
|
FB
+
|
In
|
KB
|
+
|
In
|
Kket
|
It
|
milik
|
FK
+
|
In
|
KK
|
Sta
|
KK:
+
|
In
|
MD
|
Pred
|
Kla
Imp:
+
|
P
|
FK
|
Imp
|
FK:
+
|
In
|
KK
|
Pred
|
KK
±
|
Lin
|
Af
|
+
|
In
|
MD
|
±
|
Lin
|
Af
|
Pbk
|
Pred
|
Pbk
|
Rumus
di atas dapat dibaca:
1. Kalimat di atas, terdiri atas dua
klausa, yaitu klausa statement dan klausa implikatif.
2. Klausa statement terdiri atas tagmem
subjek bersifat wajib yang berperan sebagai penderita dan diisi oleh frasa
benda, dan tagmem predikat bersifat wajib dengan peran statement diisi frasa
kerja.
3. Klausa implikatif terdiri atas tagmem
predikat bersifat wajib dengan peran implikatif diisi frasa kerja.
4. Frasa kerja terdiri atas tagmem inti
bersifat wajib dengan peran predikatif dan diisi dengan kata kerja.
5. Kata kerja terdiri atas tagmem luar
inti bersifat tidak wajib hadir berperan sebagai pembentuk kerja dan diisi oleh
afiks, tagmem inti bersifat wajib dengan peran predikatif diisi morfem dasar,
dan tagmem luar inti bersifat opsional dengan peran pembentuk kerja dan diisi
oleh afiks.
SIMPULAN
Aliran tagmemik dapat dikatakan sebagai
aliran yang paling muda. Aliran ini lahir pada tahun 1977 yang dikecetuskan
oleh Kenneth L. Pike. Terdapat dua belas cirri yang membedakannya dengan
aliran-aliran linguistik lainnya. Terdapat dua generasi dalam perkembangan
aliran tagmemik. Generasi pertama, aliran ini belum sepenuhnya sempurna.
Kemudian pada generasi kedua, setelah melewati beberapa penelitian di berbagai
daerah selama 8 tahun, akhirnya aliran ini mencapai kesempurnaan. Negara
Indonesia pun turut berperan dalam pencetusan aliran tagmemik ini. Tokoh dari
Indonesia yang ikut serta dalam peresmian aliran ini adalah Dr. Soedaryanto (dari UGM Yogyakarta).
Analisis aliran tagmemik berpusat pada hubungan empat dimensi, yakni slot, klas
kata, peran, dan kohesi.
DAFTAR REFRENSI
Gunawan,
Kentjanawati. 1992. Konsep Linguistik:Pengantar Teori Tagmemik.
Jakarta:PT Gelora Aksara Pratama. Terjemahan dari: Pike, Kenneth L. 1982. Linguistics
Concepts.
Soeparno. 2008. Aliran Tagmemik –
Teori, Analisis, dan Penerapan dalam Pembelajaran Bahasa. Yogyakarta: Tiara
Wacana
Tidak ada komentar:
Posting Komentar