Minggu, 12 November 2017

ALIRAN TAGMEMIK BAHASA INDONESIA



ALIRAN TAGMEMIK BAHASA INDONESIA
Oleh
Jose Da Conceicao Verdial


 
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
          Perkembangan ilmu linguistik di dunia sangat pesat. Begitu pula dengan perkembangan aliran linguistik. Setiap aliran memiliki ciri yang membedakan dengan aliran linguistik lainnya. Aliran linguistik tertua adalah aliran tradisional yang dipelopori oleh Plato dan Aristoteles. Aliran ini menitikberatkan pada analisis fungsi-fungsi kalimat. Selanjutnya muncul aliran struktural dipelopori oleh Ferdinand de Saussure. Pada aliran ini berfokus pada kategori-kategori struktur gramatikal. Selanjutnya muncul aliran transformasi yang dipelopori oleh N. Chomsky dan berlandaskan pada paham mentalisti. Kemudian muncul aliran Case Grammer yang memfokuskan kajian pada masalah peran (role). Ada juga aliran Relasionalisme membahas mengenai hubungan antarbagian di dalam struktur. Berdasarkan aliran-aliran di atas, muncullah aliran yang disebut dengan aliran tagmemik.
Aliran tagmemik memadukan beberapa fokus ilmu pada aliran sebelumnya. Aliran tagmemik dipelopori oleh Kenneth L. Pike, seorang tokoh dari Summer Institute of Linguistics. Yang dimaksud dengan tagmem adalah korelasi antara fungsi gramatikal atau slot dengan sekelompok bentuk-bentuk kata yang dapat saling dipertukarkan untuk mengisi slot tersebut. misalnya, dalam kalimat Pena itu berada di atas meja;bentuk pena itu mengisi fungsi subjek, dan tagmem subjeknya dinyatakan dengan pena itu.
Selain memadukan fokus ilmu pada aliran sebelumnya, aliran tagmemik ini merupakan aliran yang bisa dibilang muda. Aliran ini lahir pada tahun 1977, bersamaan dengan diterbitkannya buku “Gramatical Analysis”. Indonesia pun banyak berperan terhadap lahirnya alran tagmemik ini. Hal inilah yang kemudian mendasari kami dalam penulisan makalah ini.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang sebelumnya, rumusan masalah dalam makalah ini sebagai berikut.
1. Bagaimana ciri aliran tagmemik?
2. Siapakah tokoh pencetus aliran tagmemik?
3. Bagaimana perkembangan dan penerus aliran tagmemik?
4. Bagaimana penerapan aliran tagmemik dalam menganalisis kalimat?

C. Tujuan
1. Mendeskripsikan ciri aliran tagmemik.
2. Memperkenalkan tokoh pencetus aliran tagmemik.
3. Mendeskripsikan perkembangan dan penerus aliran tagmemik.
4. Mendeskripsikan penerapan aliran tagmemik dalam menganalisis kalimat.

























PEMBAHASAN

A. CIRI-CIRI ALIRAN TAGMEMIK
Telah dijelaskan sebelumnya bahwa aliran tagmemik adalah aliran yang banyak terpengaruh dengan struktural Bloomfield. Namun, setiap aliran pasti memiliki karakteristik yang menjadikannya identitas khusus. Begitupun dengan aliran tagmemik yang dipelopori oleh Pike ini. Beberapa karakteristik aliran tagmemik berdasarkan Soeparno (2008:9-44) sebagai berikut.
1.      Teori Kesemestaan
Aliran tagmemik pada dasarnya menyetujui teori kesemestaan. Teori kesemestaan beranggapan bahwa semua bahasa yang ada di dunia ini di samping memiliki cirri khasnya masing-masing juga memiliki cirri atau karakter yang sama untuk semua bahasa. Atas dasar ini anggapan banyak orang bahwa aliran Tagmemik hanya dapat diterpkan untuk bahasa inggris dan bahasa- bahasa yang setipe dengannya dapat ditepis. Bahkan  menurut Pike dalam Soeparno (2008:9), konsep kesemestaan dalam aliran Tagmemik tidak hanya terbatas dalam arti dapat diterapkan untuk semua bahasa tetapi juga dalam arti dapat diterapkan untuk bidang-bidang kehidupan di luar bahasa.

2.      Sifat Eklektik
Aliran Tagmeik bersifat eklektik karena secara substansial aliran ini adalah perpaduan dari aneka macam teori yang dirangkum menjadi satu. Karakteristik aliran linguistik tertentu dipilih dan ditempatkan secara proporsional sesuai dengan peran masing-masing. Karakteristik analisis fungsi pada teori Tradisional ditempatkan pada dimensi slot. Karakteristik analisis unsur langsung atas kategori gramatikal pada aliran Struktural dan analisis surface structure pada aliran Transformasi ditempatkan pada dimensi fillerclass. Karakteristik analisis peran pada Case Grammar ditempatkan pada dimensi role atau peran. Karakteristik hubungan antarunsur pada aliran Relasionalisme ditempatkan pada dimensi kohesi.
Beberapa ahli bahasa beranggapan/menilai bahwa pada dasarnya aliran Tagmemik tidak memiliki karakteristik yang khas sebab hanya sekedar merangkum karakteristik teori-teori yang ada sebelumnya. Anggapan tersebut sebenarnya sangat tidak tepat. Memang dalam hal dimensi tagmem demikian adanya, namun pada statement- statement- nya tentang hakikat kalimat, klausda predikat, dan hierarki gramatikal, aliran Tagmemik memiliki pandangan tersendiri yang berbeda dengan aliran sebelumnya.

3.      Setiap Stuktur Gramatik Terbangun atas Tagmen-tagmen
Tagmen adalah unsur dari suatu konstruksi gramatik yang memiliki empat dimensi, yakni dimensi slot, dimensi klas, dimensi peran, dan dimensi kohesi.
1) Slot
Slot adalah suatu dimensi tagmem yang merupakan tempat kosong di dalam stuktur yang harus diisi oleh fungsi tagmen. Dalam tataran klausa fungsi tagmen tersebut berupa subjek, predikat, objek, dan adjung. Pada tataran lain umumnya fungsi tagmen berupa inti (nucleus) dan luar inti (margin).
2) Klas (Filler Class)
Kelas merupakan dimensi tagmen yang merupakan wujud nyata dari slot. Wujud nyata slot tersebut berupa satuan-satuan lingual seperti morfem, kata, frasa, klausa, alinea, monolog, dialog, dan wacana.
3) Peran (Role)
Peran adalah dimensi atau benda penanda tagmen yang merupakan pembawa fungsi tagmen. Memang agak sulit membedakan fungsi dan peran. Pelaku (actor) dan penderita (undergoer) adalah peran. Pelaku dan penderita tersebut dapat menjadi pembawa fungsi subjek. Dengan demikian, ada subjek dengan peran penderita.
4)  Kohesi
Kohesi adalah dimensi tagmen yang merupakan pengontrol hubungan antartagmen. Pengontrol hubungan yang hampir terdapat pada semua bahasa ialah kaidah ketransitifan pada klausa yang berlaku untuk klausa transitif, klausa intransitif, dan klausa ekuatif.
Keterkaitan keempat satuan dalam konteks tagmem adalah sebagai berikut:
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiG_e8azwOO00pLx_WJj58RYaHAsyNLMMw6jg3Th7RD1GLO-ZovN1rDOR_YKeSRg1-iIw-0ClNag8Twz1qcpyZsteQ-XmqARcPhFYcs7K8PeSAKYjY4Bnti5D8msAkCXSq5wsmz1ES_Iks/s1600/gambar+1.bmp
4.      Ciri Hierarki
Soeparno menjabarkan adanya tiga cirri hierarki dalam aliran tagmemik, sebagai berikut.
a.      Hierarki Referensial
Hierarki ini mengatur tata makna yang merentang dari makna lexicalpackage (bungkus leksem), term (istilah), propoisition (proposisi), themedevelopment (pengembangan tema), sampai ke social interaction (interaksi sosial). Makna bungkus leksem berada pada tataran morfem dan gugus morfem, makna istilah berada pada tataran kata dan frase, makna proposisi berada pada tataran klausa dan kalimat, makna pengembangan tema berada pada tataran paragraf dan monolog, sedangkan makna interaksi social berada pada tataran dialog dan percakapan.
b.      Hierarki Fonologikal
Hierarki ini mengatur tata bunyi dari satuan- satuan bunyi sampai ke suku kata. Yang termasuk dalam hierarki ini tekanan, nada, tempo, intonasi, dan jeda/ kesenyapan. Aliran Amerika memilah hierarki fonoogikal ini menjadi dua kelompok, yakni sifat -emik dan sifat –etik. Kelompok yang sifatnya –emik dikaji dalam anak subdisiplin linguistikyang bernama fonemik, sedangkan yang bersifat etik dikaji dalam anak subdisiplin linguistik yang bernama fonetik.
c.       Hierarki Gramatikal
Ciri khas aliran Tagmemik dalam hal hierarki Gramatikal. Hierarki gramatikal pada aliran Tagmemik merentang dari morfem, kata, frase, klausa, kalimat, paragraf, monolog, dialog, percakapan, sampai wacana.
5.      Tataran Normal dan Tak Normal
Secara garis besar, hierarki gramatikal dalam aliran Tagmemik dapat dikelompokkan menjadi dua golongan, yakni tatanan normal (normal mapping) dan tatanan abnormal (abnormal mapping) yang meliputi level skipping, layering dan back looping.
1)Tataran Normal
Tatanan normal adalah suatu urutan jenjang dalam struktu gramatikal yang unsur langsungnya memiliki tataran satu tingkat lebih rendah. Unsur langsung wacana adalah percakapan, unsur langsung percakapan berupa dialog berupa monolog, unsur langsung monolog berupa paragraph/ alinea, unsur langsung paragraph berupa kalimat, unsure langsung kalimat berupa klausa, unsur langsung klausa berupa frase, unsur langsung frase berupa kata, unsur langsung kata adalah morfem. Morfem merupakan bentuk gramatik terkecil yang tidak dapat dipecah lagi. Tataran tertinggi menurut aliran Tagmemik adalah wacana.
2) Tataran Tak Normal
Menurut Soeparno (2008:18) tatanan tak normal merupakan tatanan yang tidak mengikuti kaidah atau aturan yang berlaku pada tatanan yang normal. Tatanan tak normal terdiri atas tiga jenis, yakni level skipping (loncatan tataran), layering (pelapisan), dan back looping (hierarki terputar).
a)      Level skipping (Loncatan Tataran)
Level skipping adalah suatu tatanan tak normal dalam hierarki gramatikal yng memiliki ciri bahwa unsur langsung suatu struktur gramatik tidak setingkat lebih rendah, tetapi beberapa tingkat lebih rendah.
b)      Layering (Pelapisan)
Layering adalah suatu tatanan tak normal dalam hierarki gramatikal yang memiliki ciri bahwa unsure langsung suatu struktur gramatik tidak satu tingkat lebih rendah, tetapi justru sama levelnya dengan struktur gramatik tersebut.
c)      Back Lopping (Hierarki terputar)
Back lopping adalah suatu tatanan tak normal dalam hierarki gramatikal yang memiliki ciri bahwa unsure suatu struktur gramatikal tidak satu tingkat lebih rendah, tetapi justru lebih tinggi levelnya dari struktur tersebut.

6.      Kalimat Tidak Memiliki Subjek dan Predikat
Pada aliran Tradisional dan beberapa aliran lain selalu menganalisis kalimat atas S-P, S-P-O, atau S-P-O-K. Hanya aliran tagmemiklah yang berani menyatakan dengan tegas bahwa slot S-P-O, maupun K bukan pada tataran klausa.
Slot subjek, predikat, objek, ataupun komplemen adalah slot yang diperuntukkan bagi suatu struktur gramatik yang hubungan antara tagmem- tagmem partisipannya berupa hubungan string dimana antara unsur yang satu tidak ada yang lebih penting dari yang lain atau membentuk suatu untaian. Itulah sebabnya klausa menduduki untaian yang istimewa di dalam aliran Tagmemik.
Kalimat terdiri atas unsur- unsur yang berupa klausa. Hubungan antar klausa yang satu dengan yang lain tidak berupa hubungan string, tetapi berupa hubungan nucleus(inti) dan margin (luar inti), atau topik (pokok) dan comment (sebutan).

7.      Predikat Harus Berupa Kata Kerja/Frase Kerja
Menurut teori Tagmemik slot predikat harus diisi oleh klas kata kerja/ frase kata kerja. selain kata kerja/frase kerja tidak mungkin mengisi slot predikat. Dengan demikian tidak akan ada istilah kalimat nominal.

8.      Tidak Ada Batas antara Morfologi
Pada aliran Struktural bidang Morfologi dan Sintaksis dipisahkan secara tegas. Urusan kata dan morfem menjadi wilayah morfologi, sedangkan urusan frase, klausa, dan kalimat menjadi wilayah sintaksis. Pemisahan semacam ini ada kalanya dapat diterapkan tanpa ada masalah, tetapi adakalanya juga bermasalah.

9.      Analisis Dimulai dari Wacana
Aliran Struktural memulai analisisnya dari analisis kata (Nida, 1949), sedangkan aliran Transformasi memulai analisisnya dari kalimat (Chomsky, 1957). Aliran Tagmemik juga menganalisis kata dan menganalisi kalimat, tetapi titik awal analisisnya dimulai dari analisis wacana. Semua level gramatik menjadi bidang kajiannya yang merentang dari wacana sampai ke morfem. Tidak ada pemisahan bidang wacana, sintaksis, dan morf ologi. Dalam Soeparno  (2008:28) dijelaskan bahwakedudukan klausa pada aliran tagmemik  dianggap sebagai satuan gramatik yang unik, yakni sebagai satuan lingual terkecil yang bermakna proposisi dan merupakan hubungan string (untaian)

10.  Analisis Tagmemik
Analisis tagmemik menggunakan rumus-rumus dengan singkatan-singkatan istilah. Pada dasarnya, istilah dan singkatan yang dipergunakan bebas, dapat menggunakan istilah asing, dapat juga menggunakan istilah Indonesia. Namun, istilah dan singkatan yang dipakai harus konsisten.

11.  Pembedaan Ciri-Etik dan Ciri-Emik
Aliran Tagmemik mulai menegakkan eksistensi ciri –etik dan ciri-emik di dalam suatu struktur. Pembedaan ciri ini sudah mulai muncul pada aliran Struktural meski belum ditekankan. Ciri –etik adalah suatu ciri yang tidak membedakan, sedang ciri –emik adalah suatu ciri yang bersifat membedakan. Pada aliran Struktural terbatas pada pembedaan Fonetik dan Fonemik saja. Pada aliran Tagmemik penggunaan dan penerapan ciri-ciri tersebut lebih luas lagi sampai pada pembedaan ciri peran dan pembedaan tipe-tipe klausa. Ciri etik dan emik pada tataran berdampak pada klasifikasi tipe klausa, yang secara garis besar dibedakan menjadi dua kategori yakni tipe klausa berdasarkan peran –etik dan tipe klausa berdasarkan peran –emik.

12.  Menyukai Analisis Bahasa yang Belum Dikenal
Menurut Pike  (1982:24) Aliran Tagmemik sangat tertarik untuk menganalisis bahasa yang belum dikenal. Analisis terhadap bahasa yang tidak dikenal atau sudah diketahui kaidahnya tidak begitu signifikan sebagai suatu temuan. Oleh karena itu para penguat alliran tagmemik rela berpayah-payah ke tempat yang jauh demi memburu bahasa yang belum pernah dijamah peneliti.
Analisis biasanya dilakukan dengan melalui tahap-tahap  1) Pengumpulan data, 2) Klasifikasi data berdasarkan tipe dan jenis dan penyusunan peta kerja, kadang-kadang , 3) diagaram pohon, 4) Pembuatan rumus utama, 5) Penyusunan rumus bawahan, 6) Pembacaan rumus dan 7) Identifikasi klas morfem.

B. TOKOH PENCETUS ALIRAN TAGMEMIK
Kenneth Lee Pike
Secara relative teori Tagmemik kini memang boleh dikatakan masih cukup baru. Kebulatan dan kelengkapannya baru terwujud pada tahun 1977 dengan terbitnya buku “Grammatical Analysis” karangan Keneth L. Pike dan Evelyn G. Pike. Mereka sepasang suami istri dari University of Texas at Arlington dan sebagai direktur SIL (Summer Institusi of Linguisticts).



C. Perkembangan Aliran Tagmemik di Dunia dan di Indonesia
Sebelum aliran Tagmemik lahir, telah ada aliran-aliran yang lebih dulu berkembang. Berikut ini akan dideskripsikan karakteristik beberapa aliran linguistik yang ada kaitannya dengan aliran Tagmemik terutama yang ikut memotivasi lahirnya aliran Tagmemik.
Aliran linguistik tertua adalah aliran Tradisional (abad IV) dipelopori oleh Plato dan Aristoteles dengan menggunakan dasar pemikiran filsafat. Tata bahasa mereka dinamakan tata bahasa Normatif. Kriteria kegramatikalan ditetapkan berdasarkan kaidah secara ketat dan konsisten. Aliran ini masih mencampuradukan bahasa dalam arti yang sebenarnya dengan tulisan. Tokoh-tokoh diantaranya: Zaandvoort, C.A Mees, Van Ophuysen, R.O Winstedt, Poedjawijatna, Tardjan Hadidjaja.
Selanjutnya pada awal abad XX lahir aliran Struktural yang dipelopori oleh Ferdinan de Saussure berlandaskan pada pola pemikiran behavioristik. Bahasa dirumuskan sebagai suatu sistem tanda arbriter yang konvensional. Kegramatikalan ditetapkan berdasarkan keumuman. Level gramatikal tertata secara pilah dari morfem, kata, frase, klausa dan kalimat. Tokoh-tokoh diantaranya: Leonard Bloomfield, Eugine Nida, Charles F. Hockett, Ch. C. Fries, Eduard Sapir, N.S. Trubetzkoy, Willem Francis Mackey, R. Jacobson, Martin Joos, Anton Moeliono, M. Ramlan.
Berikutnya pada tahun 1967 muncul aliran Transformasi yang dipelopori oleh N. Chomsky berdasarkan pada paham mentalistik. Bahasa merupakan proses kejiwaan di lapis batin. Kriteria kegramatikalan ditetapkan berdasarkan kaidah yang diterapkan secara kreatif. Dalam level gramatikal aliran ini tidak mengakui adanya klausa. Tokoh- tokoh yang disebut antara lain P. Postal, J.A. Fodor, M. Halle, R. Palmatier, L. Lyons, Y.P.B. Allen, P. Van Buren, R.D. King, R.A. Jacobs, J. Greene.
Mengiringi perkembangan aliran Strukturalisme muncul aliran Relasionalisme. Nama lain aliran ini ialah Stratifikasionalisme. Aliran ini beranggapan bahwa bahasa merupakan suatu perangkat hubungan antar bagian yang membangun satu seri tata urut tataran- tataran didalam suatu struktur yang berkaitan satu sama lain. Tokoh- tokoh yang dapat disebut anntara lain Hielmsev, S. Lamb, F. West, Geoffery Sampson.
Setelah itu, muncul aliran yang lain yakni Case Grammer. Aliran ini memfokuskan kajiannya pada masalah peran (role). Peran adalah ciri atau penanda dalam struktur gramatik yang merupakan pembawa fungsi suatu komponen didalam struktur. Tokoh- tokoh yang dapat disebut antara lain J.M. Anderson, Ch. J. Fillmore, R.E. Longacre, W.A. Cook.
Berdasarkan uraian di atas tampak ada perbedaan dan pertentangan antara aliran yang satu dengan aliran yang lain. Apabila dinalar dengan penuh kecermatan sebenarnya setiap aliran tidak perlu ada yang dicela dan tidak perlu mencela satu dengan yang lain. Setiap aliran memiliki kelemahan dan sekaligus memiliki keunggulan. Atas dasar argumentasi tersebut sudah sepantasnya didukung adanya upaya untuk mengakomodasi setiap keistimewaan dari setiap aliran-aliran tersebut untuk diwadahi dalam peta yang proporsional.
Aliran Tradisional mempunyai keunggulan dalam analisis fungsi-fungsi kalimat, aliran Struktural mempunyai keunggulan dalam analisis kategori-kategori gramatikal, aliran Case Gramar mempunyai keunggulan dalam analisis peran dan aliran Relasionalis mempunyai keunggulan dalam analisis hubungan antar bagian di dalam struktur. Inilah sebenarnya yang melatarbelakangi munculnya aliran Tagmemik yang elektik dan eklektik yang memilih unsur-unsur tertentu yang cocok untuk dipadukan menjadi satu kesatuan di dalam model analisis.
Secara singkat, lahirnya aliran tagmemik ini memiliki dua generasi, yaitu:
1)  Generasi Pertama
Generasi ini sebenarnya belum dapat disebut teori tagmemik yang sebenarnya. Paling tepat disebut rintisan menuju tagmemik. Pada waktu itu kelengkapan spesifikasi ciri tagmemik baru ada dua, yakni slot dan filler class saja. Dengan demikian analisisnya masih agak sederhana. Sebagai missal , klausa”Kepalan Tyson telah mengenai rahang Spinks” dianalisis sebagai: S: NP+P:VP+O:NP.
Ahli bahasa yang terlibat pada generasi pertama ini antara lain: B. Elsen (1962), V. Pickett (1962), R.E. Longacre (1964), W.A. Cook (1969), (1970), (1971).

2 )  Generasi kedua
Pada geberasi kedua ini teori tagmemik  baru mencapai kesempurnaannya. Untuk melahirkan buku”Grammatical Analysis” Pike suami istri memerlukan waktu delapan tahun. Salah satu tempat yang dipakai untuk uji coba adalah Indonesia, yakni di daerah Irian Jaya atau lebih tepatnya di danau Bira (1976). Ciri tagmen tidak lagi dua dimensi, melainkan empat dimensi, yakni slot, class, role, dan cohesion.
Sebenarnya Verhaar pernah mengemukakan konsepnya tentang analisis kalimat/klausa yang senada dengan teori tagmemik ini. Verhaar merupakan teori antara, dari tagmemik generasi pertama ke generasi tagmemik kedua. Demikian pula, Eduard Travis (1980) telah berhasil menganalisis makanan orang Sunda dengan menggunakan teori ini.
Pada dasarnya aliran Tagmemik yang sebenarnya lahir tahun 1977 yang dipelopori oleh K.L. Pike dan E.G. Pike bersamaan dengan terbitnya buku Gramatical Analysis. Sebelum itu memang pernah ada buku An Introduduction to Tagmemic Analysis (Cook, 1969) namun belum dapat disebut sebagai aliran Tagmenik yang lengkap, sebab baru melibatkan dua dimensi, yakni slot dan filler class.bahkan jauh sebelum itu istilah tagmem pernah dipakai oleh Bloomfield dalam bukunya Language yang ditulis tahun 1933. Dalam Soeparno, Bloomfield menyampaikan bahwa:
“In the case of lexical form we have define the smallest meaningful unit as morpheme, and their meaning as sememe; in the same way, the smallest meaningful units of grammatical form may be spoken spoken of as tagmemes, and their meaning as episememe”(Blomfield dalam Soeparno, 2008:6)
Dari munculnya istilah tagmem hingga menjadi nama sebuah aliran linguistik ditempuh jalan yang sangat panjang. Awalnya tahun 1962 Benyamin Elson dan Velma Pickett merintis kearah aliran ini dalam bukunya yang berjudul An Introduction to Morphology and Syntax. Selanjutnya rintisan itu dilanjutkan oleh Rober E. Longarce dalam tulisannya yang berjudul An Anatomy of Speech Notion pada tahun 1964. Setelah danya rintisan itu tampaknya Walter A. Cook yang semula sangat giat mengakrabi aliran Transformasi dan Case Grammer tergoda untuk terjun ke aliran Tagmemik. Walaupun analisisnya baru terbatas pada dua dimensi (slot dan filler class), tetapi karyanya sangat dikagumi oleh banyak ahli bahasa karena kecermatannya dalam analisis dan kerapian dalam analisis dan kerapian dalam merumuskan definisi-definisi. Dalam bukunya Introduction to Tagmemic Analysis, ia menjelaskan bahwa:
In tagmemic string-type analysis, the construction is viewed as a set of multiple relations. The tagmeme units are points in the pattern, and are related to each other within  that pattern. The functional points arre not rigidly defined. They are largerly intuitive, and correspond to traditional notions of subject and predicate, head and modifier.... “ (Cook, 1969:8)
Aliran Tagmemik menjadi sempurna setelah dikembangkan selama kurun waktu 8 tahun sejak terbitnya An Introduction to Tagmemic Analysis (1969).
Alkisah sepasang suami istri Keneth L. Pike dan Evelyn Gloria Pike yang berkebangsaan Amerika melakukan liburan di Karibia. Pada kesempatan itu Pike suami istri mencatat keanehan atau kekhasan pada bahasa yang dipakai oleh masyarakat di daerah itu. Data yang diperoleh didiskusikan untuk menemukan struktur dan kaidahnya namun tidak dapat tuntas karena data yang dimiliki belum memadahi. Untuk itu dibentuklah suatu oraganisasi linguistic dengan nama The Summer Institute of Linguistics (SIL).
Di Indonesia penelitian dilakukan di Irian Jaya. Mereka sangat cocok di daerah tersebut karena banyak bahasa daerah Irian Jaya yang belum diteliti. Untuk itu dibangunlah sebuah base camp di Danau Bira yang berlokasi di pedalaman Irian Jaya di tepi sungai Mamberamo. SIL bekerja sama dengan Universitas Cedrawasih dengan menyumbangkan pesawat terbang jenis Chesna dan sebuah helikopter kepada universitas tersebut agar penelitian diizinkan oleh pemerintah Indonesia yang tidak memperbolehkan orang asing melakukan penelitian dengan membawa kendaraan dari negaranya. Meskipun pada kenyataannya kendaraan tersebut digunakan juga oleh SIL karena kondisi daerah penelitian yang sangat terpencil. Akhirnya, penelitian tersebut berjalan dengan lancar.
Setiap tahun Sil mengumpulkan seluruh anggota yang tersebar di seluruh dunia untuk melaporkan hasil penelitian. Tahun 1976 pertemuan diselenggarakan di Indonesia tepatnya di kampus Universitas Cenderawasih Abepura Irian Jaya. Dalam pertemuan itu, ikut hadir pula beberapa tokoh di luar anggota SIL, antara lain Dr. Soedaryanto (dari UGM Yogyakarta) dan Prof.Verhaar (dari Belanda). Hasil seminar didokumentasikan dalam judul “From Baudi to Indonesian”. Pada kesempatan yang sama Pike & Pike mempresentasikan hasil pembaruan Teori Tagmemik dalam bentuk draf buku berjudul “Gramatical Analysis”. Atas rekomendasi para ahli buku itu diterbitkan tahun 1977. Tahun tersebut merupakan tahun yang sangat bersejarah bagi aliran tagmemik karena telah lahir sebuah buku aliran Tagmemik yang lengkap.
Secara relatif usia teori ini memang masih dapat disebut muda, namun embrionya sebenarnya sudah lama ada. Beberapa tokoh yang patut disebut dalam sejarah perkembangan teori ini antara lain Benjamin Elson (1962), Velma Pickett (1962), Robert E. Longacre (1964), dan Walter A. Cook (1969, 1970, 1971).

D. Analisis Kalimat
Berdasarkan uraian sebelumnya mengenai penganalisisan kalimat, dalam makalah ini kami uraikan analisis beberapa klausa/kalimat dengan menggunakan analisis aliran tagmemik.
Data:
1)      Hari ini saya belajar linguistik.
2)      Saya suka membaca buku.
3)      Kuingin melampiaskan rindu yang tertunda.
4)      Saya tidak masuk karena sakit.
5)      Dirinya sakit karena disakiti.

Untuk menganalisis beberapa kalimat di atas, terlebih dahulu membuat diagram pohon untuk mempermudah penganalisisan pada tahap tataran gramatik.
1.      Hari ini saya belajar linguistik.


Rounded Rectangle: Tataran klausa
 
Kla Sta


Rounded Rectangle: Tataran frase
 
Rounded Rectangle: Tataran kata                                                FB                               FB                   FK                   FB
Rounded Rectangle: Tataran morfem                                    KB                  KGt                 KB                  KK                  KB     
                                    MD                  MD                  MD            Af       MD             MD
                                    Hari                 ini                    Saya          ber-    ajar              linguistik                    

Komp: FB(KB+KGt) + S:FB(KB) + P:FK(KK) + Pel:FB(KB)
Kla:
±
Komp
FB1
+
S
FB2
+
P
FK
±
Pel
FB3
K.waktu

Plk

Stat
I
Plh

                    
FB1:Hari ini
+
In
KB1
±
LIn
KGt
It

pnt


FB2: Saya
+
In
KB2
It


FK: Belajar
+
In
KK
Sta
I

FB3: Linguistik
±
Lin
KB2
It



KB:
+
In
MD
It


KK:
+
In
Af
+
In
KB
Pbk

It



Rumus tersebut dibaca:
a.       Klausa Intransitif terdiri atas tagmem Komplemen yang bersifat opsional dengan peran Keterangan waktu yang diidsi oleh Frasa Benda, tagmem Subjek bersifat wajib dengan peran pelaku yang diisi oleh frase benda, tagmem predikat bersifat wajib, dengan peran statement diisi oleh Frasa Kerja, dan tagmem pelengkap bersifat opsional dengan peran pilihan yang diisi oleh Frase Benda. Kaidah kohesinya: predikat dengan frase kerja intransitif tidak memaksa hadirnya tagmem objek atau pelengkap dalam kalimat, sehingga pelengkap berperan sebagai pilihan.
b.      Frasa Benda1 terdiri atas tagmem inti bersifat wajib dengan peran item yang diisi oleh kata benda, dan tagmem luar inti bersifat opsional dengan peran penentu(penunjuk) yang diisi kata ganti.
c.       Frasa benda 2 terdiri atas satu tagmem inti bersifat wajib dengan peran pelaku yang diisi kata benda
d.      Frasa benda 3 terdiri atas satu tagmem luar inti bersifat opsional dengan peran item yang diisi oleh kata benda.
e.       Frasa kerja terdiri atas satu tagmem inti bersifat wajib dengan peran statement yang diisi oleh kata kerja.
f.       Kata benda terdiri atas satu tagmem inti bersifat wajib dengan peran item yang diisi dengan morfem dasar.
g.      Kata Kerja terdiri atas tagmem inti yang bersifat wajib dengan peran pembentuk kerja yang diisi oleh afiks, dan tagmem inti bersifat wajib dengan peran item yang diisi oleh kata benda.

  1. Saya suka membaca buku.


Rounded Rectangle: Tataran klausa
 
        Kla Sta


Rounded Rectangle: Tataran frase
 
Rounded Rectangle: Tataran kata                                                            FB                               FK                               FB
Rounded Rectangle: Tataran morfem                                                            KB                  KS                   KK                  KB
                                                            MD                  MD            Af       MD             MD
                                                            Saya                suka           me-    baca             buku

S: FB (KB) + P: FK (KS+KK) + O: FB (KB)

Kla:
+
S
FB1
+
P
FK
+
O
FB2
Plk

Stat
T
Pdr



FB1: Saya
+
In
KB1
It


FK: Suka membaca

±
Lin
KS
+
In
KK
Asp

Stat
T

FB2: buku
+
In
KB2
It

           
KB:
+
I
MD
It


KK: membaca
±
LIn
Af
+
In
MD
Pbk

Pred


            Rumus di atas dapat dibaca:
a.       klausa transitif terdiri atas tagmem Subjek bersifat wajib yang berperan pelaku dan diisi dengan Frase Benda, tagmem predikat bersifat wajib yang berperan sebagai statement dan diisi oleh frase kerja, dan tagmem Objek yang bersifat wajib dengan peran penderita dan diisi oleh frasa benda.
b.      frase benda I terdiri atas satu tagmem inti bersifat wajib dengan peran item yang diisi oleh kata benda.
c.       frase  kerja terdiri atas tagmem luar inti bersifat opsional berperan aspek yang diisi kata sifat, dan tagmem inti bersifat wajib berperan statement diisi kata kerja dengan hubungan kohesi transitif.
d.      frase benda II terdiri atas tagmem inti bersifat wajib dengan peran item yang diisi kata benda.
e.       kata benda terdiri atas tagmem inti yang bersifat wajib dengan peran item yang diisi oleh morfem dasar.
f.       kata kerja terdiri atas tagmem luar inti bersifat wajib dengan peran pembentuk kerja yang diisi afiks dan tagmem inti bersifat wajib berperan predikatif diisi oleh morfem dasar.


  1. Rounded Rectangle: Tataran klausaKuingin melampiaskan rindu yang tertunda. à Aku ingin melampiaskan rindu yang tertunda.
Kla Sta


Rounded Rectangle: Tataran frase
 
                                    FB                               FK                                           FB


Rounded Rectangle: Tataran kata
 
                                    KB                  Kket(Adv)      KK                              KB

Rounded Rectangle: Tataran morfem                                    MD                  MD         Af    MD         Af     MD     p          Af   MD
                                    Aku                 ingin       me-   lampias  -kan  rindu  yang       ter-  tunda



S: FB(KB) + P: FK (Adv+KK) + O: FB
Kla:
+
S
FB
+
P
FK
+
O
FB
Pelaku

Sta
T
pdr


FB1: Aku
+
In
KB1
It


FK: ingin melampiaskan
±
Lin
Kket
+
In
KK
Asp

Stat
T

FB2: rindu yang tertuda
+
In
KB
±
LIn
p
±
LIn
KK
Pdr

Asp

Pbd


           
Rumus di atas dapat dibaca:
a.       Klausa transitif terdiri atas tagmem subjek bersifat wajib dengan peran pelaku diisi oleh frasa benda, tagmem predikat bersifat wajib dengan peran statement diisi oleh frase kerja dengan kohesi transitif, dan tagmem objek dengan peran penderita diisi oleh frasa benda.
b.      Frase benda 1 terdiri atas satu tagmem inti bersifat wajib dengan peran item yang diisi oleh kata benda.
c.       Frase kerja terdiri atas tagmem luar inti bersifat opsional dengan peran aspek yang diisi kata keterangan (adv), dan tagmem inti yang bersifat wajib dengan peran statement yang diisi kata kerja.
d.      Frase benda 2 terdiri atas tagmem inti bersifat wajib dengan peran penderita yang diisi kata benda, tagmem luar inti bersifat opsional dengan peran aspek yang diisi partikel, dan tagmem luar inti yang bersifat opsional berperan pembentuk benda diisi oleh kata kerja.

  1. Saya tidak masuk karena sakit.

Rounded Rectangle: Tataran kalKal



Rounded Rectangle: Tataran klausa


Rounded Rectangle: Tataran frase
 
Kla Sta                                    Kla Imp

Rounded Rectangle: Tataran kata                                                            FB                   FK                   p/konj              FK
                                                            KB          adv       KK             konj                 KK
Rounded Rectangle: Tataran morfem                                                            MD          MD       MD                        MD                  MD
                                                            Saya       tidak      masuk         karena              sakit

S: FB(KB) + P: FK (Adv+KK) + Konj + P: FK
KlaSta:
+
S
FB
+
P
FK
Pdr

Sta
T

FB:
+
In
KB
It


FK:
+
In
Adv
+
In
KK
Asp
Ink
Stat


KlaImp:
+
P
FK
Imp


FK:
+
In
KK
Pred

Rumus di atas dapat dibaca:
  1. Kla statement  terdiri atas tagmem subjek yang bersifat wajib dengan peran penderita diisi frase benda, tagmem predikat bersifat wajib dengan peran statement diisi frase kerja dengan kohesi transitif.
  2. Frase benda terdiri atas tagmem inti bersifat wajib dengan peran item diisi kata  benda.
  3. Frase kerja terdiri atas tagmem inti bersifat wajib dengan peran aspek diisi kata keterangan (adv) dengan kohesi inkaran, tagmem inti bersifat wajib dengan peran statement diisi kata kerja.
  4. Kla imperatif terdiri atas tagmem predikat bersifat wajib dengan peran imperative yang diisi oleh frase kerja.
  5. Frase kerja terdiri atas tagmem inti bersifat wajib dengan peran predikat diisi oleh kata kerja.

  1. Dirinya sakit karena disakiti.

Rounded Rectangle: Tataran kalKal


Rounded Rectangle: Tataran klausa
 
Rounded Rectangle: Tataran frase                                                            Kla Sta                                                Kla Imp
Rounded Rectangle: Tataran kata                                                FB                   FK         p/konj                    FK
Rounded Rectangle: Tataran morfem                                       KB       Kket milik   KK       konj                       KK
                                       MD      MT              MD        MD                Af    MD    Af
                                       Diri       -nya             sakit     karena             di-    sakit   -i

S: FB (KB) + P: FK (KK) + Konj + P: FK
            Kla Sta:
+
S
FB
+
P
FK
Pdr

Sta


FB
+
In
KB
+
In
Kket
It

milik

FK
+
In
KK
Sta


KK:
+
In
MD
Pred



Kla Imp:
+
P
FK
Imp


FK:
+
In
KK
Pred


KK
±
Lin
Af
+
In
MD
±
Lin
Af
Pbk

Pred

Pbk


Rumus di atas dapat dibaca:
1. Kalimat di atas, terdiri atas dua klausa, yaitu klausa statement dan klausa implikatif.
2. Klausa statement terdiri atas tagmem subjek bersifat wajib yang berperan sebagai penderita dan diisi oleh frasa benda, dan tagmem predikat bersifat wajib dengan peran statement diisi frasa kerja.
3. Klausa implikatif terdiri atas tagmem predikat bersifat wajib dengan peran implikatif diisi frasa kerja.
4. Frasa kerja terdiri atas tagmem inti bersifat wajib dengan peran predikatif dan diisi dengan kata kerja.
5. Kata kerja terdiri atas tagmem luar inti bersifat tidak wajib hadir berperan sebagai pembentuk kerja dan diisi oleh afiks, tagmem inti bersifat wajib dengan peran predikatif diisi morfem dasar, dan tagmem luar inti bersifat opsional dengan peran pembentuk kerja dan diisi oleh afiks.








SIMPULAN

Aliran tagmemik dapat dikatakan sebagai aliran yang paling muda. Aliran ini lahir pada tahun 1977 yang dikecetuskan oleh Kenneth L. Pike. Terdapat dua belas cirri yang membedakannya dengan aliran-aliran linguistik lainnya. Terdapat dua generasi dalam perkembangan aliran tagmemik. Generasi pertama, aliran ini belum sepenuhnya sempurna. Kemudian pada generasi kedua, setelah melewati beberapa penelitian di berbagai daerah selama 8 tahun, akhirnya aliran ini mencapai kesempurnaan. Negara Indonesia pun turut berperan dalam pencetusan aliran tagmemik ini. Tokoh dari Indonesia yang ikut serta dalam peresmian aliran ini adalah Dr. Soedaryanto (dari UGM Yogyakarta). Analisis aliran tagmemik berpusat pada hubungan empat dimensi, yakni slot, klas kata, peran, dan kohesi.






DAFTAR REFRENSI
Gunawan, Kentjanawati. 1992. Konsep Linguistik:Pengantar Teori Tagmemik. Jakarta:PT Gelora Aksara Pratama. Terjemahan dari: Pike, Kenneth L. 1982. Linguistics Concepts.

Soeparno. 2008. Aliran Tagmemik – Teori, Analisis, dan Penerapan dalam Pembelajaran Bahasa. Yogyakarta: Tiara Wacana


Tidak ada komentar:

Posting Komentar