Minggu, 12 November 2017

STRUKTURALISME BLOOMFIELD DALAM BAHASA INDONESIA Oleh Jose Da Conceicao Verdial





STRUKTURALISME BLOOMFIELD DALAM BAHASA INDONESIA 
Oleh
Jose  Da Conceicao Verdial

1. PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
            Dalam sejarah perkembangannya, linguistik dipenuhi berbagai aliran dan paham yang dari luar tampaknya sangat ruwet, saling berlawanan dan membingungkan terutama bagi para pemula (Chaer, 2007:332). Sejarah linguistik yang sangat panjang telah melahirkan berbagai aliran-aliran linguistik. Masing-masing aliran tersebut memiliki pandangan yang berbeda-beda tentang bahasa, tetapi pada prinsipnya aliran tersebut merupakan penyempurnaan dari aliran-aliran sebelumnya. Oleh karena itu, dengan mengenal dan memahami aliran-aliran tersebut akan menjadi pedoman bagi setiap orang untuk dapat memilih atau mengacu kepada aliran linguistik apa yang menurutnya baik. Pada abad 20 penelitian bahasa tidak ditujukan kepada bahasa-bahasa Eropa saja, tetapi juga kepada bahasa-bahasa yang ada di dunia seperti di Amerika (bahasa-bahasa Indian), Afrika (bahasa-bahasa Afrika) dan Asia (bahasa-bahasa Papua dan bahasa banyak negara di Asia).
            Keberhasilan kaum Junggramatiker merekonstruksi bahasa-bahasa proto di Eropa mempengaruhi pemikiran para ahli linguistik abad 20, antara lain Ferdinand de Saussure. Sarjana ini tidak hanya dikenal sebagai bapak linguistik modern, melainkan juga seorang tokoh gerakan strukturalisme. Dalam strukturalisme bahasa dianggap sebagai sistem yang berkaitan (system of relation). Elemen-elemennya seperti kata, bunyi saling berkaitan dan bergantung dalam membentuk sistem tersebut. Gerakan strukturalisme dari Eropa ini berpengaruh sampai ke benua Amerika. Studi bahasa di Amerika pada abad 19 dipengaruhi oleh hasil kerja akademis para ahli Eropa dengan nama deskriptivisme. Para ahli linguistik Amerika mempelajari bahasa-bahasa suku Indian secara deskriptif dengan cara menguraikan struktur bahasa. Orang Amerika banyak yang menaruh perhatian pada masalah bahasa. Thomas Jefferson, presiden Amerika yang ketiga (1801-1809), menganjurkan agar supaya para ahli linguistik Amerika mulai meneliti bahasa-bahasa orang Indian.
            Tokoh linguistik lain yang juga ahli antropologi adalah Franz Boas (1858-1942). Sarjana ini mendapat pendidikan di Jerman, tetapi menghabiskan waktu mengajar di negaranya sendiri. Karyanya berupa buku Handbook of American Indian languages (1911-1922) ditulis bersama sejumlah koleganya. Di dalam buku tersebut terdapat uraian tentang fonetik, kategori makna dan proses gramatikal yang digunakan untuk mengungkapkan makna. Pada tahun 1917 diterbitkan jurnal ilmiah berjudul International Journal of American Linguistics.
            Pengikut Boas yang berpendidikan Amerika, Edward Sapir (1884-1939), juga seorang ahli antropologi dinilai menghasilkan karya-karya yang sangat cemerlang di bidang fonologi. Bukunya, Language (1921) sebagian besar mengenai tipologi bahasa. Sumbangan Sapir yang patut dicatat adalah mengenai klasifikasi bahasa-bahasa Indian.
            Pemikiran Sapir berpengaruh pada pengikutnya, L. Bloomfield (1887-1949), yang melalui kuliah dan karyanya mendominasi dunia linguistik sampai akhir hayatnya. Pada tahun 1914 Bloomfield menulis buku An Introduction to Linguistic Science. Artikelnya juga banyak diterbitkan dalam jurnal Language yang didirikan oleh Linguistic Society of America tahun 1924. Pada tahun 1933 sarjana ini menerbitkankan buku Language yang mengungkapkan pandangan behaviorismenya tentang fakta bahasa, yakni stimulus-response atau rangsangan-tanggapan. Teori ini dimanfaatkan oleh Skinner (1957) dari Universitas Harvard dalam pengajaran bahasa melalui teknik drill.
            Dari pemaparan di atas, maka disusunlah makalah ini untuk menjawab beberapa pertanyaan tentang aliran-aliran dalam linguistik, khususnya aliran strukturalis Bloomfield. Makalah ini mencoba memaparkan secara rinci, tentang apa yang dinamakan aliran struktural, tokoh pencetusnya (khususnya Bloomfield), ciri-ciri, dan bagaimana ketika diterapkan pada contoh-contoh dalam kalimat berbahasa Indonesia.

1.2 Tujuan
            Sesuai latar belakang yang telah dijabarkan di atas, makalah ini mempunyai beberapa tujuan penggunaan teori BLoomfield sebagai berikut:
a. Memahami linguistik strukturalisme yang dicetuskan oleh Bloomfield.
b. Mendeskripsikan ciri-ciri aliran strukturalisme Bloomfield, berikut kelebihan dan kelemahannya.
c. Mengetahui tokoh-tokoh penceus dan pengembang aliran struktural.
d. Mengetahui teori strukturalisme Bloomfield ketika dihadapkan pada contoh kalimat dalam   bahasa Indonesia.





2. PEMBAHASAN

2.1 Aliran Strukturalis Bloomfield
Bloomfield menyatakan (dalam Chaer, 2007:359) bahwa aliran strukturalis sebenarnya dapat dikenakan kepada aliran linguistik yang menjelaskan seluk beluk bahasa berdasarkan strukturnya. Namun, nama strukturalisme lebih dikenal dan menyatu kepada nama aliran linguistik yang dikembangkan oleh Bloomfield dan kawan-kawannya di Amerika. Aliran ini berkembang pesat pada tahun tiga puluhan sampai lima puluhan. Faktor-faktor penyebab perkembangan aliran ini adalah:
            Pertama pada masa itu para linguis di amerika menghadapi masalah yang sama, yaitu banyak sekali bahasa Indian di Amerika yang belum diperikan. Mereka ingin memerikan bahasa-bahasa Indian itu dengan cara baru, yaitu secara sinkronik. Cara lama yaitu secara historis atau diakronik kurang bermanfaat dan diragukan keberhasilannya karena sejarah bahasa-bahasa Indian itu sedikit sekali diketahui.
            Kedua, sikap Bloomfield yang menolak mentalistik sejalan dengan iklim filsafat yang berkembang pada masa itu di Amerika, yaitu filsafat behaviorisme. Oleh karena itu,dalam memerikan bahasa aliran strukturalisme ini selalu mendasarkan diri pada fakta-fakta objektif yang dapat dicocokkan dengan kenyataan-kenyataan yang dapat diamati. Juga tidak mengherankan kalau masalah makna atau arti kurang mendapat perhatian. Malah ada linguis Amerika yang sangat terpengaruh oleh Bloomfield bertindak lebih jauh lagi dengan meninggalkan makna sama sekali.Misalnya, Zellig S.Harris dengan bukunya Structural Linguistic. Ketidakpedulian kelompok strukturalis Amerika terhadap makna ini adalah berdasar pada cara kerjanya yang sangat bersandar pada data empirik. Makna tidak dapat diamati secara empirik. Berbeda dengan fonem,morfem,dan kalimat yang bisa diamati,dan bisa disegmentasikan.
             Ketiga, diantara linguis-linguis itu ada hubungan yang baik, karena adanya The Linguistics Society of America, yang menerbitkan majalah Language; wadah tempat melaporkan hasil kerja mereka.
            Satu hal yang menarik dan merupakan ciri aliran strukturalis Amerika ini adalah cara kerja mereka yang sangat menekankan pentingnya data yang objektif untuk memerikan suatu bahasa. Pendekatannya bersifat empirik. Data dikumpulkan secara cermat, setapak demi setapak. Bentuk-bentuk satuan bahasa (fonologi, morfologi, dan sintaksis) diklasifikasikan berdasarkan distribusinya. Oleh karena itu, mereka sering juga disebut kaum distribusionalis. Sebagai contoh penerapan distribusi dalam klasifikasi bentuk-bentuk bahasa, dalam tataran morfologi yaitu dalam menentukan kelas kata. Kata kerja adalah kata yang dapat diikuti oleh frase “dengan…”,dan kata sifat adalah kata yang dapat didahului oleh kata “sangat” atau kata “paling”. Maka dengan dasar itu dapat dikatakan bahwa kata mati adalah kata kerja, sebab dapat menjadi frase mati dengan tenang. Sedangkan kata lincah adalah kata sifat, karena dapat menjadi frase sangat lincah atau paling lincah. Padahal menurut “pengertian” kata mati tidak menyatakan suatu “kegiatan”,melainkan menyatakan suatu “keadaan”. Sebaliknya kata lincah tidak menunjukkan “keadaan”, melainkan suatu “kegiatan”. Selain itu, penjelasan tentang morfologi sebagai berikut.
Ø  MORFOLOGI
            Jika fonologi merupakan cabang ilmu lingusitik yang mengidentifikasikan satuan-satuan dasar bahasa sebagai bunyi, maka ‘morfologi’ merupakan cabang linguistik yang mengidentifikasi satuan-satuan dasar bahasa sebagai satuan gramatikal. Contoh;
àkata belajar secara fonologis terdiri atas tujuh fonem yaitu, /b/, /e/,/l/,/a/,/j/,/a/, dan /r/, sedangkan secara morfologis terdiri atas dua satuan minimal, yaitu bel- dan ajar. Kata belajar tersebut merupakan polimorfemis (terdiri atas lebih dari satu morfem), sedangkan kata ajar merupakan monomorfemis (terdiri atas satu morfem). Dalam morfologi, kita mengamati kata sebagai satuan yang dianalisis sebagai morfem satu atau lebih.
Ø  Jenis-jenis morfem
1). morfem bebas dan morfem terikat
            Morfem bebas merupakan morfem yang dapat berdiri sendiri tanpa bantuan morfem lain, di belakang maupun di depannya. Contoh, kata hak dalam tuturan itu hak saya dapat berdiri sendiri karena dapat dipisahkan dari kata itu dan saya. Morfem terikat merupakan morfem yang tidak dapat berdiri sendiri dan hanya dapat meleburkan diri dengan morfem yang lain.Contoh, ber- pada kata berhak (morfem terikat lazim dityulis dengan garis penghubung sebagai lambang keterikatannya)
2). morfem utuh dan morfem terbagi
            Morfem utuh merupakan bagian dari semua morfem dasar bebas, seperti {hak}, {ajar}, dan  sebagainya. Begitu juga dengan morfem terikat, seperti {ter-}, {ber-}, dan sebagainya. Sedangkan, morfem terbagi adalaah morfem yang terdiri dari dua bagian yang terpisah. Contoh, kata kesatuan terdiri dari satu morfem utuh {satu} dan satu morfem terbagi, yaitu {ke-/-an}. Dalam bahasa Indonesia, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan berhubungan dengan morfem. Pertama, semua afiks yang disebut konfiks seperti  {ke-/-an}, {ber-/-an}, {per-/-an}, dan {pe-/-an} termasuk morfem terbagi. Namun, bentuk {ber-/-an} bisa merupakan konfiks, seperti bermunculan ‘banyak yang tiba-tiba muncul’ . Untuk menentukan bentuk {ber-/-an} termasuk konfiks atau bukan, harus diperhatikan makna gramatikal yang disandangnya. Kedua, dalam bahasa Indonesia ada afiks yang dinamakan infiks, contoh afiks {-em-} pada kata gemetar . Dengan demikin, morfem tersebut telah merubah dari morfem utuh ke morfem terbagi.
3). morfem segmental dan suprasegmental
            Morfem segmental merupakan morfem yang dibentuk dari fonem-fonem segmental, seperti morfem {baca}, {lah}, {gigi}, dan {ber}. Dengan kata lain, semua morfem yang berwujud bunyi merupakan morfem segmental. Sedangkan, morfem suprasegmental merupakan morfem yang dibentuk oleh unsur-unsur suprasegmental, seperti tekanan, nada, durasi, dan sebagainya. Contoh, dalam bahasa Ngbaka di Kongo Utara Benua Afrika, setiap verba selalu ditandai dengan penunjuk kala (tense) yang berupa nada. Aturannya, nada turun (\) untuk kala kini, nada datar (-) untuk kala lampau, nada turun naik (v), dan nada naik untuk kala imperatif (/). Namun, dalam bahasa Indonesia, suprasegmental hanya ditandai dengan tanda baca di akhir kata atau kalimat, tanpa adanya pembeda sistem kewaktuan. Misalnya kalimat interogatif ditandai dengan adanya tanda tanya (?), kalimat imperatif ditandai dengan tanda seru (!), dan sebagainya.
Dalam bidang fonologi, dijelaskan bahwa fonologi merupakan ilmu bunyi yang “fungsional” (Verhaar, 2001: 67). Misalnya, dalam bahasa Inggris, [t] dalam stop dan [th] kebeulan merupakan bunyi yang “sama” secara “fungsional”. Bunyi fungsional tersebut dalam hal ini disebut fonem. Jadi, bentuk [t] dan [th] merupakan dua bentuk yang berbeda dari fonem yang “sama”. Fonem itu dilambangkan dengan huruf yang diapit dua garis miring. Demikian pula bunyi [ʔ] dan [k] dalam bahasa Indonesia merupakan dua bentuk yang berbeda dari fonem /k/ yang sama. Identitas fonem hanya berlaku di dalam satu bahasa yang sama. Artinya, dalam bahasa Indonesia bunyi [ʔ] dan [k] merupakan fonem yang sama, namun dalam bahasa-bahasa lain dianggap berbeda. 
Aliran strukturalis yang dikembangkan Bloomfield dengan para pengikutnya sering juga disebut aliran taksonomi, dan aliran Bloomfieldian atau post-Bloomfieldian, karena bermula atau bersumber pada gagasan Bloomfield. Disebut aliran taksonomi karena aliran ini menganalisis dan mengklasifikasikan unsur-unsur bahasa berdasarkan hubungan hierarkinya. Misalnya dalam bidang sintaksis yaitu dalam dalam menganalisis kalimat, misalnya digunakan teknik Immediate Constituents Analysis (IC Analysis) untuk melihat unsur-unsur langsung yang membangun kalimat tersebut. Teori struktural Bloomfield sudah mengenal subyek dan predikat. Teori ini juga membagi frase menjadi dua bagian yakni frase endosentrik dan frase eksosentrik. frase eksosentrik adalah frase yang komponen - komponenya tidak mempunyai perilaku sintaksis yang sama dengan keseluruhanya. Sedangkan frase endosentrik adalah frase yang salah satu komponenya memiliki perilaku yang sama dengan keseluruhanya.
Bloomfield dan pengikutnya melakukan penelitian atas dasar struktur bahasa yang diteliti, karena itu mereka disebut kaum strukturalisme dan pandangannya disebut strukturalis. Bloomfield beserta pengikutnya menguasai percaturan linguistik selama lebih dari 20 tahun. Selama kurun waktu itu kaum Bloomfieldian berusaha menulis tata bahasa deskriptif dari bahasa-bahasa yang belum memiliki aksara. Kaum Bloomfieldian telah berjasa meletakkan dasar-dasar bagi penelitian linguistik di masa setelah itu.
Bloomfield berpendapat fonologi, morfologi dan sintaksis merupakan bidang mandiri dan tidak berhubungan. Tata bahasa lain yang memperlakukan bahasa sebagai sistem hubungan adalah tata bahasa stratifikasi yang dipelopori oleh S.M. Lamb. Tata bahasa lainnya yang memperlakukan bahasa sebagai sistem unsur adalah tata bahasa tagmemik yang dipelopori oleh K. Pike. Menurut pendekatan ini setiap gatra diisi oleh sebuah elemen. Elemen ini bersama elemen lain membentuk suatu satuan yang disebut tagmem  yang akan dijelaskan pada pemakalah selanjutnya.

2.2 Tokoh Strukturalis Bloomfield

Leonard Bloomfield (1 April 1887- 18 April 1949), adalah seorang linguis Amerika yang memimpin melalui kuliah dan karyanya mendominasi dunia linguistik sampai akhir hayatnya. Pada tahun 1914 Bloomfield menulis buku An Introduction to Linguistic Science. Artikelnya juga banyak diterbitkan dalam jurnal Language yang didirikan oleh Linguistic Society of America tahun 1924. Pada tahun 1933 sarjana ini menerbitkankan buku Language yang mengungkapkan pandangan behaviorismenya tentang fakta bahasa, yakni stimulus-response atau rangsangan-tanggapan. Teori ini dimanfaatkan oleh Skinner (1957) dari Universitas Harvard dalam pengajaran bahasa melalui teknik drill.
            Nama Leonard Bloomfield sangat terkenal karena bukunya yang berjudul Language dan selalu dikaitkan dengan aliran struktural Amerika. Istilah strukturalis sebenarnya dapat dikenakan kepada semua aliran linguistik, sebab semua aliran linguistik pasti berusaha menjelaskan seluk-beluk bahasa berdasarkan strukturnya.Namun, nama strukturalisme lebih dikenal dan menyatu kepada nama aliran linguistik yang dikembangkan oleh Bloomfield dan kawan-kawannya di Amerika.  

2.2.1 Ciri-ciri linguistik structural Bloomfield
a.         Obyek kajiannya adalah bahasa yang masih hidup
b.         Fokus kajian linguistic terdiri dari fonologi, morfologi dan sintaksis.
c.         Cara kerja sangat menekankan pentingnya data obyektif untuk memerikan suatu bahasa
d.        Menganggap setiap bahasa memiliki pola tertentu.
e.         Membagi kata menjadi dua bentuk yaitu bentuk bebas dan bentuk terikat.
f.          Sudah mengenal subyek dan predikat sebagai syarat menjadi kalimat yang lengkap.
g.         juga membagi frase menjadi dua bagian yakni frase endosentrik dan frase eksosentrik.

2.2.2   Kelebihan Dan Kekurangan Berdasarkan Analisisnya
a.   Kelebihan
1. Aliran ini sudah memerikan bahasa dengan cara yang baru yaitu secara sinkronis.
2. Aliran ini sukses membedakan konsep grafem dan fonem.
3. Metode drill and practice membentuk keterampilan berbahasa berdasarkan kebiasaan
4. Kriteria kegramatikalan berdasarkan keumuman sehingga mudah diterima masyarakat awam.
5. Level kegramatikalan mulai rapi mulai dari morfem, kata, frase, klausa, dan kalimat.
6. Berpijak pada fakta, tidak mereka-reka data.
b.  Kekurangan
1.      Analisis berdasarkan Bloomfield kelihatan mudah, tetapi tidak jelas mengapa setiap langkah harus terdiri atas dua konstituen, tidak lebih.
2.      Analisis pembagian langsung tidak selalu memadai, karena kadang dapat menimbulkan ambigu dalam kalimat tertentu.
3.      Penganalisisan dipaksa harus lebih eksplisit dalam menganalisis segala data, tidak memperhatikan makna, tidak serampangan mana suka dengan pemusatan perhatian kepada terminologi jenis kata seperti tata bahasa tradisional.
4.      Karena penganalisisan berdasarkan dua konstituen, akan mengalami kesulitan jika diterapkan pada kalimat majemuk.

2.3 Penerus Aliran
            Di samping Leonard Bloomfield sendiri, tokoh- tokoh lain dalam aliran struktural Bloomfield adalah Zellig S. Harris dengan bukunya Structural Linguistics. Seorang linguis Amerika yang sangat terpengaruh oleh Bloomfield bahkan bertindak lebih jauh lagi dengan meninggalkan makna sama sekali.
1). C. Hull seorang pencetus teori mediasi (mediational theory); Kemudian dilanjutkan oleh Osgood seorang murid Hull yang telah memperluas teori  mediasi dalam rangka untuk menjelaskan gejala bahasa. Perbedaan antara teori  S – R yang murni dengan teori mediasi; Teori mediasi membahas variabel perantara (intervening variables) yang terjadi antara  S dan R. pendekatan nonbehavioris ini mempertanyakan proses mental dan proses berpikir dalam menganalisis tingkah laku manusia sehingga ia menyimpulkan bahwa tingkah laku manusia   dalam berbahasa, menitikberatkan pada “meaning”  atau makna. Menurut teori ini “meaning” dari suatu kata atau kalimat adalah mediator antara stimulus luar (eksternal) dan tingkah laku eksternal (yang tampak). Meskipun hubungan antara stimulus dengan respon bersifat tidak langsung, “meaning” itu tidak terjadi begitu saja, melainkan diperoleh melalui conditioning  atau kondisi seperti halnya proses belajar yang lain.
2.) Osgood memperdalam kajiannya dengan mencoba mengkombinasikan kedua teori dari Watson dan Skinner. Watson mengeluarkan teori yang disebut Conditioning Klasik. Kesimpulan dari teori ini adalah sebagai berikut: Sepotong daging adalah sebuah stimulus yang dapat mengundang selera; Lonceng juga bila dibunyikan berulang- ulang dapat mengundang selera; Selera yang muncul itu merupakan respon. Dalam teori Skinner dinyatakan bahwa suatu stimulus dapat menimbulkan bermacam- macam respon. Apabila salah satu respon diberi penguat (reinforcement) maka kemungkinan terjadi reaksi yang sama atau  meningkat.
            Perhatian utama Bloomfield sendiri bukan hanya di bidang fonologi. Namun, para pengikutnya – Bernard Bloch, Charles Hockett, Knneth Pike, sekedar menyebutkan beberapa nama terkenal berupaya mengembangkan gagasan-gagasan fonolog  Bloomfield. Analisis fonologinya dikenal sebagai taxonomi phonemics atau autonomus phonemics. Tujuannya untuk menemukan fonem-fonem bahasa oleh karena mereka beranggapan bahwa unit terkecil itu bukanlah ciri distingtif sebagaimana diyakini oleh aliran Praha-melainkan fonem. Penggunaan kata feature oleh Bloomfield sama sekali berbeda dan tidak jelas dimaksud merujuk kepada feature dalam pengertian aliran Praha ataupun linguistic moderen.
            Pengaruh aliran amerika yang digagas oleh Bloomfield untuk memaparkan struktur bahasa tidak berhenti begitu saja. Setelah Bloomfield muncul kelompok linguis yang menamakan dirinya pasca Bloomfield memperbaiki kaidah yang telah ada. Charles F. Hockett, Bernard Block dan Zelling S. Harris dari kelompok tersebut memiliki sifat deskriptif dalam penyusunan kajiannya. Tetapi mereka lebih condong mengarah pada strukturalis. Menurut mereka bahasa merupakan ujaran yang mempunyai tingkat dan pola. Dalam kajian fonologi strukturalisme ini membagi bidang tersebut menjadi kajian yang lebih sempit lagi yakni fonetik dan fonemik. Kurun waktu yang panjang akhirnya kelompok ini menemukan prosedur penemuan strukturalisme dengan menghubungkan fonem-fonem dengan variannya. Klasifikasi membentuk fonem segmental dan suprasegmental. Bidang morfologi dan sintaksis juga tak luput dibahas oleh kelompok tersebut. Pada bidang morfologi terjadi pembagian yaitu morfem bebas dan morfem terikat. Morfem bebas dibagi menjadi morfem kelas dan morfem fungsi, sedangkan pada morfem terikat dibagi menjadi morfem afik dan morfem akar. Disamping morfem bebas dan terikat juga terdapat bentukan morfologis yang membentuk morfem dasar dan morfem afik. Dari pengklasifikasian tersebut muncul perubahan morfofonemik yang beupa paduan. Paduan terjadi karena gabungan morfem yang satu dengan yang lain. Untuk segi sintaksis aliran pasca Bloomfield ini lebih membahas mengenai struktur yang mempunyai makna.


2.3 Penerus Aliran Struktural Bloomfield di Luar dan di Indonesia
            a. Di luar
            Di samping Leonard Bloomfield sendiri, tokoh- tokoh lain dalam aliran struktural Bloomfield adalah Zellig S. Harris dengan bukunya Structural Linguistics. Seorang linguis Amerika yang sangat terpengaruh oleh Bloomfield bahkan bertindak lebih jauh lagi dengan meninggalkan makna sama sekali.
1). C. Hull seorang pencetus teori mediasi (mediational theory); Kemudian dilanjutkan oleh C. Osgood seorang murid Hull yang telah memperluas teori  mediasi dalam rangka untuk menjelaskan gejala bahasa. Perbedaan antara teori  S – R yang murni dengan teori mediasi; Teori mediasi membahas variabel perantara (intervening variables) yang terjadi antara  S dan R. pendekatan nonbehavioris ini mempertanyakan proses mental dan proses berpikir dalam menganalisis tingkah laku manusia sehingga ia menyimpulkan bahwa tingkah laku manusia   dalam berbahasa, menitikberatkan pada “meaning”  atau makna. Menurut teori ini “meaning” dari suatu kata atau kalimat adalah mediator antara stimulus luar (eksternal) dan tingkah laku eksternal (yang tampak). Meskipun hubungan antara stimulus dengan respon bersifat tidak langsung, “meaning” itu tidak terjadi begitu saja, melainkan diperoleh melalui conditioning  atau kondisi seperti halnya proses belajar yang lain.
2.) Osgood memperdalam kajiannya dengan mencoba mengkombinasikan kedua teori dari Watson dan Skinner. Watson mengeluarkan teori yang disebut Conditioning Klasik. Kesimpulan dari teori ini adalah sebagai berikut: Sepotong daging adalah sebuah stimulus yang dapat mengundang selera; Lonceng juga bila dibunyikan berulang- ulang dapat mengundang selera; Selera yang muncul itu merupakan respon. Dalam teori Skinner dinyatakan bahwa suatu stimulus dapat menimbulkan bermacam- macam respon. Apabila salah satu respon diberi penguat (reinforcement) maka kemungkinan terjadi reaksi yang sama atau  meningkat.
Perhatian utama Bloomfield sendiri bukanlah bidang fonologi. Namun, para pengikutnya – Bernard Bloch, Charles Hockett, Knneth Pike, sekedar menyebutkan beberapa nama terkenal berupaya mengembangkan gagasan-gagasan fonolog  Bloomfield. Analisis fonologinya dikenal sebagai taxonomi phonemics atau autonomus phonemics. Tujuannya untuk menemukan fonem-fonem bahsa oleh karena mereka beranggapan bahwa unit terkecil itu bukanlah ciri distingtif sebagaimana diyakini oleh aliran Praha-melainkan fonem. Penggunaan kata feature oleh Bloomfield sama sekali berbeda dan tidak jelas dimaksud merujuk kepada feature dalam pengertian aliran Praha ataupun linguistic moderen. Bloomfield membedakan fonem menjadi dua katagori pertama, primary phonemes yang terbagi menjadi simple primary phonemes dan compound primary phonemes; dan kedua secondary phonemes. Bahasa inggris seperti digunakan dikota Chicago, Amerika Serikat.
            Pengaruh aliran amerika yang digagas oleh Bloomfield untuk memaparkan struktur bahasa tidak berhenti begitu saja. Setelah Bloomfield muncul kelompok linguis yang menamakan dirinya pasca Bloomfield memperbaiki kaidah yang telah ada. Charles F. Hockett, Bernard Block dan Zelling S. Harris dari kelompok tersebut memiliki sifat deskriptif dalam penyusunan kajiannya. Tetapi mereka lebih condong mengarah pada strukturalis. Menurut mereka bahasa merupakan ujaran yang mempunyai tingkat dan pola.
            Dalam kajian fonologi strukturalisme ini membagi bidang tersebut menjadi kajian yang lebih sempit lagi yakni fonetik dan fonemik. Kurun waktu yang panjang akhirnya kelompok ini menemukan prosedur penemuan strukturalisme dengan menghubungkan fonem-fonem dengan variannya. Klasifikasi membentuk fonem segmental dan suprasegmental.
            Bidang morfologi dan sintaksis juga tak luput dibahas oleh kelompok tersebut. Pada bidang morfologi terjadi pembagian yaitu morfem bebas dan morfem terikat. Morfem bebas dibagi menjadi morfem kelas dan morfem fungsi, sedangkan pada morfem terikat dibagi menjadi morfem afik dan morfem akar. Disamping morfem bebas dan terikat juga terdapat bentukan morfologis yang membentuk morfem dasar dan morfem afik. Dari pengklasifikasian tersebut muncul perubahan morfofonemik yang beupa paduan. Paduan terjadi karena gabungan morfem yang satu dengan yang lain. Untuk segi sintaksis aliran pasca Bloomfield ini lebih membahas mengenai struktur yang mempunyai makna.

b. Di Indonesia
            Dalam kajian bahasa nasional Indonesia, di Indonesia tercatat nama-nama seperti Kridalaksana, Kaswanti Purwo, Dardjowidjojo, dan Soedarjanto, yang telah menghasilkan tulisan mengenai pelbagai segi dan aspek bahasa Indonesia. Selain itu, penerus aliran strukturalis Bloomfield adalah Anton Moeliono dan T.W. Kamil. Keduanya yang pertama-tama memperkenalkan konsep fonem, morfem, frasa, dan klausa dalam pendidikan formal linguistik di Indonesia.




2.4 Contoh Kalimat dan Analisis
A. Hari ini saya belajar linguistik
Analisis:
Ø  Kata hari terdiri dari empat fonem, yaitu /h/,/a/,/r/,/i/, kata ini terdiri dari  tiga fonem, yaitu /i/,/n/,/i/, kata saya terdiri dari empat fonem, yaitu /s/,/a/,/y/,/a/, kata belajar terdiri dari tujuh fonem, yaitu /b/,/e/,/l/,/a/,/j/,/a/,/r/, dan kata linguistik yang terdiri dari sepuluh fonem, yaitu /l/,/i/,/n/,/g/,/u/,/i/,/s/,/t/,/i/,/k/.
Ø  Hari merupakan bentuk morfem bebas, ini merupakan morfem terikat, saya termasuk morfem bebas, belajar terdiri dari dua morfem, yaitu ber- sebagai morfem terikat, kemudian ajar termasuk morfem bebas, dan linguistik termasuk morfem bebas.
Ø  Hari ini termasuk kelas kata keterangan (adverbia), saya merupakan bentuk kata benda (nomina), belajar merupakan kata kerja (verba), dan linguistik merupakan bentuk kata benda (nomina).
Ø  Hari ini berkedudukan sebagai keterangan waktu, saya berkedudukan sebagai subyek, belajar berkedudukan sebagai predikat  dan linguistik  berkedudukan sebagai pelengkap.
Ø  Kalimat Hari ini saya belajar linguistik terdapat satu frase yaitu hari ini. Frase hari ini termasuk frase eksosentrik karena komponenya tidak mempunyai perilaku sintaksis yang sama dengan keseluruhanya.
Ø  Kalimat Hari ini saya belajar linguistik merupakan kalimat lengkap karena terdapat kata keterangan waktu, subyek, predikat, dan obyek. 













a). Analisis immadiate constituence
Hari ini
Saya                                 Belajar                  Linguistik

Saya
Belajar
Linguistik

Belajar
Linguistik

b).
 Hari ini saya belajar   Linguistik
                             predikat            obyek
                                   subyek
           keterangan


c).  Hari ini     saya     belajar     linguistik




  

B. Saya suka membaca buku
Analisis:
Ø  kata saya terdiri dari empat fonem, yaitu /s/,/a/,/y/,/a/, kata suka terdiri dari empat fonem, yaitu /s/,/u/,/k/,/a/, kata membaca terdiri dari tujuh fonem, yaitu /m/,/e/,/b/,/a/,/c/,/a/, dan kata buku terdiri dari empat fonem, yaitu /b/,/u/,/k/,/u/.
Ø  saya merupakan bentuk kata benda (nomina), suka membaca merupakan kelas kata kerja (verba), buku merupakan bentuk kata benda (nomina)
Ø  saya termasuk morfem bebas, membaca terdiri dari dua morfem, yaitu me-N sebagai morfem terikat, kemudian baca termasuk morfem bebas, dan buku termasuk morfem bebas.
Ø  Saya berkedudukan sebagai subyek atau yang melakukan kegiatan, suka membaca yang berkedudukan sebagai predikat, dan buku  berkedudukan sebagai obyek.
Ø  Kalimat Saya suka membaca buku terdapat satu frase yaitu suka membaca. Frase hari ini termasuk frase endosentrik karena salah satu komponenya memiliki perilaku sintaksis yang sama dengan keseluruhanya.
Ø  Kalimat Saya suka membaca buku merupakan kalimat lengkap karena terdapat subyek, predikat, dan obyek.
a). immadiate constituence
Saya
Suka                        membaca                                 Buku

Suka                 membaca
Buku

Suka
membaca
Buku


Buku








b).
Saya suka membaca buku
     predikat (frasa)      
                                      obyek
              subyek


c). Saya suka membaca buku




                                                                                                         
C. Aku ingin melampiaskan rindu yang tertunda
Analisis:
Ø  Kata Aku terdiri dari tiga fonem, yaitu /a/,/k/,/u/, kata ingin terdiri dari lima fonem,            yaitu /i/,/n/,/g/,/i/,/n/, kata melampiaskan terdiri dari 12 fonem, yaitu /m/,/e/,/l/,/a/,/m/,/p/,/i/,/a/,/s/,/k/,/a/,/n/, kata rindu terdiri dari lima fonem, yaitu       /r/,/i/,/n/,/d/,/u/, kata yang terdiri dari empat fonem, yaitu /y/,/a/,/n/,/g/, dan kata      tertunda terdiri dari delapan fonem, yaitu /t/,/e/,/r/,/t/,/u/,/n/,/d/,/a/.
Ø  Aku merupakan bentuk kata benda (nomina), ingin melampiaskan merupakan kata             kerja (verba) yang berkedudukan sebagai predikat, dan rindu yang tertunda           merupakan kata benda (nomina)
Ø  Kata Aku termasuk morfem bebas, ingin merupakan morfem bebas, melampiaskan terdiri dari dua morfem, yaitu me-kan sebagai morfem terikat, kemudian lampias termasuk morfem bebas.
Ø  Aku berkedudukan sebagai subyek, ingin melampiaskan berkedudukan sebagai predikat, dan rindu yang tertunda berkedudukan sebagai obyek.
Ø  Kalimat Aku ingin melampiaskan rindu yang tertunda terdapat dua frase yaitu frase ingin melampiaskan dan frase rindu yang tertunda. Frase ingin melampiaskan dan frase rindu yang tertunda termasuk frase endosentrik karena salah satu komponenya tidak memiliki perilaku yang sama dengan keseluruhanya.
Ø  Kalimat Aku ingin melampiaskan rindu yang tertunda merupakan kalimat lengkap karena terdapat subyek, predikat, obyek.
a). immadiate constituen
Aku
ingin               melampiaskan                                
rindu           yang                  tertunda

ingin                 
Melampiaskan
rindu
      yang          tertunda

      yang
Tertunda









b). Aku ingin melampiaskan rindu yang  tertunda
              predikat                                obyek
subyek
c). Aku  ingin melampiaskan rindu yang tertunda






D. saya tidak masuk karena sakit
Analisis:
Ø  Kata saya terdiri dari empat fonem, yaitu /s/,/a/,/y/,/a/, kata tidak terdiri dari /t/,/i/,/d/,/a/,/k/, kata masuk terdiri dari lima fonem, yaitu /m/,/a/,/s/,/u/,/k/, kata karena terdiri dari enam fonem, yaitu /k/,/a/,/r/,/e/,/n/,/a/, dan kata sakit yang terdiri dari lima fonem, yaitu /s/,/a/,/k/,/i/,/t/.
Ø  saya merupakan bentuk kata benda (nomina), tidak masuk merupakan kata kerja (verba), karena merupakan bentuk kata penghubung (konjungsi), dan sakit merupakan kata sifat (adjektiva)..
Ø  saya berkedudukan sebagai subyek, tidak masuk berkedudukan sebagai predikat, karena sakit berkedudukan sebagai keterangan sebab-akibat.
Ø  saya termasuk morfem bebas, tidak merupakan morfem bebas, masuk merupakan morfem bebas, kemudian karena termasuk morfem bebas, dan sakit merupakan morfem bebas.
Ø  Kalimat saya tidak masuk karena sakit  terdapat dua frase yaitu frase tidak masuk dan frase karena sakit. Frase tidak masuk dan frase karena sakit termasuk frase eksosentrik karena komponen - komponenya memiliki perilaku yang sama dengan keseluruhanya.
Ø  Kalimat saya tidak masuk karena sakit  merupakan kalimat lengkap karena terdapat subyek, predikat, dan pelengkap.
a). immadiate constituence
saya
Tidak                 masuk
Karena            disakiti

tidak
masuk
Karena            disakiti

Karena
Disakiti






b). saya tidak masuk karena sakit
          predikat                           hubungan sebab-akibat
subyek
c). saya tidak masuk karena saki




E. Dirinya sakit karena disakiti
Analisis
Ø  Kata Dirinya terdiri dari tujuh fonem, yaitu /d/,/i/,/r/,/i/,/n/,/y/,/a/, kata sakit terdiri dari lima fonem, yaitu /s/,/a/,/k/,/i/,/t/, kata karena terdiri dari enam fonem, yaitu /k/,/a/,/r/,/e/,/n/,/a/, dan kata  disakiti terdiri dari delapan fonem, yaitu /d/,/i/,/s/,/a/,/k/,/i/,/t/,/i/.
Ø  dirinya merupakan bentuk kata benda (nomina), sakit merupakan  kata sifat (adjektiva), karena merupakan bentuk kata penghubung (konjungsi), dan disakiti merupakan kata kerja (verba). Frasa karena disakiti merupakan pelengkap.
Ø  Dirinya terdiri dari dua morfem yaitu diri dan nya, dimna morfem diri termasuk morfem bebas, morfem nya ternasuk morfem terikat, sakit termasuk morfem bebas, karena termasuk morfem bebas, disakiti terdiri dari dua morfem yaitu di-i sebagai morfem terbagi dan sakit sebagai morfem bebas/utuh.
Ø  dirinya berkedudukan sebagai subyek, sakit berkedudukan sebagai predikat dan karena disakiti berkedudukan sebagai keterangan sebab-akibat.
Ø  Kalimat dirinya sakit karena disakiti terdapat satu frase yaitu karena disakiti yang merupakan frase eksosentrik karena komponen - komponenya memiliki perilaku yang sama dengan keseluruhanya.
Ø  Kalimat dirinya sakit karena disakiti merupakan kalimat lengkap karena terdapat subyek, predikat dan keterangan
a). Dirinya sakit karena disakiti
Dirinya
sakit
Karena            disakiti

karena
disakiti

b). Dirinya sakit karena disakiti
                   adjektif            pelengkap
subyek
d). Dirinya sakit karena disakiti









PENUTUP

            Strukturalis Bloomfield dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu faktor analisis historis dianggap tidak berguna, penolakan terhadap aliran mentalis, hubungan antara para linguis. Aliran ini mengkhususkan penelitian pada bahasa yang digunakan manusia secara terstruktur. Dengan kata lain, aliran ini mengkhususkan penelitian pada struktur fonologi, morfologi, dan sintaksis, mengingat aliran ini menjauhkan diri dari analisis makna. Cara kerja aliran ini sangat menekankan pentingnya data yang objektif untuk memerikan suatu bahasa. Pendekatannya bersifat empirik. Data dikumpulkan secara cermat, setapak demi setapak. Bentuk-bentuk satuan bahasa (fonologi, morfologi, dan sintaksis) diklasifikasikan berdasarkan distribusinya. Oleh karena itu, mereka sering juga disebut kaum distribusionalis.























DAFTAR REFRENSI

Adiel. 2009. Strukturalisme Amerika. (Online),         (http://adiel87.blogspot.co.id/2009/11/strukturalisme-amerika.html, diakses pada 7 Desember 2015 jam 09: 54).

Bloomfield, Leonard. 1961. Language. United State of Amerika: Holt, Rinehart and Winston,     Inc.
Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
Jaelani, Muhammad Alfian. 2014. Fonologi. (Online),             (http://jaelanimalfian.blogspot.co.id/2014/09/fonologi_22.html, diakses pada 7       Desember 2015 jam 09:21).
Lilin. 2009. Aliran-aliran Linguistik. (Online),           (http://lilinsukanaruto.blogspot.co.id/2009/12/aliran-aliran-linguistik-dan.html,     diakses pada 7 Desember  2015 jam 09:42).
Linguistic-space. 2012. Leonard Bloomfield American. (Online), (http://linguistic-            space.blogspot.co.id/2012/04/leonard-bloomfield-american.html, diakses pada 7     Desember 2015 jam 09:43).

Luthfi. 2015. Leonard Bloomfield Strukturalisme. (Online),              (https://luthfu1990.wordpress.com/2015/10/19/leonard-bloomfield- strukturalisme/,            diakses pada 7 Desember 2015 jam 09:36).
Sapir, Edward. 1921. Language: an Introduction to the Study of Speech. New York:          Harcourt, Brace.

Verhaar, J.W.M. 2001, Asas-asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gajah Mada Universitu Press.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar