
TEKS, KO-TEKS, DAN KONTEKS
PERINGATAN TERTULIS BAGI PENGENDARA SEPEDA
MOTOR
(KAJIAN PRAGMATIK)
Oleh
Jose Da Conceicao Verdial
Abstrak
Pragmatik merupakan
cabang ilmu bahasa yang mempelajari bahasa dalam penggunaan dan penggunaan
bahasa. Studi pragmatik ini mengkaji berbagai hakikat penggunaan bahasa
atau proses kebahasaan dalam keseharian yang memberikan ciri khas tersendiri pada
fungsi bahasa sebagai alat komunikasi. Dalam hubungan dengan fungsi bahasa sebagai alat komunikasi manusia, maka
dalam proses komunikasinya terdapat banyak
fenomena kebahasaan yang terjadi. Salah satu contoh adalah berbagai bentuk bahasa peringatan dalam lingkungan
masyarakat bagi pengguna sepeda motor. Dalam keseharian, ditemukan beberapa
teks yang dituliskan dan dipajangkan di lorong-lorong jalan sebagai bentuk
peringatan atau peringatan untuk para pengendara sepeda motor.
Teks merupakan bahasa yang berfungsi, maksudnya adalah bahasa yang
sedang melaksanakan tugas tertentu (menyampaikan pesan atau informasi) dalam
konteks situasi
tertentu. Dalam kaitan dengan penelitian ini, teks adalah bahasa peringatan yang
menyampaikan informasi sekaligus peringatan kepada pengguna sepeda motor dan
dalam situasi tertentu.
Ko-teks adalah teks yang berhubungan dengan sebuah teks
yang lain baik yang sebelumnya atau
sesudahnya (mengiringi). Dalam kaitan dengan penelitian ini, ko-teks merupakan
teks lain yang bisa saja berupa peringatan tetapi dapat dalam bentuk yang lain
yang berupa kalimat. Koteks merupakan semua unsur kebahasaan atau linguistik yang berperanan dalam menentukan
makna sebuah tulisan/peringatan. Peranan koteks dalan sebuah wacana peringatan ini adalah mendukung atau memperjelas makna peringatan yang ada pada teks.
Sedangkan konteks adalah sesuatu yang menyertai atau yang bersama teks.
Secara garis besar, konteks wacana dibedakan atas dua kategori, yakni konteks
linguistik dan konteks ekstralinguistik.
Kata kunci : Teks,ko-teks dan konteks
I.
LATAR BELAKANG
Manusia adalah makhluk sosial. Sebagai
makhluk sosial dalam kehidupannya selalu terjadi interaksi dengan sesama dalam
lingkungan masyarakat. Dalam kehidupan dengan sesama sebagai makhluk sosial
tersebut tidak jarang ada berbagai aturan atau kesepakatan yang dibuat untuk
kelangsungan tata kehidupan bersama dalam masyarakat.
Tujuannya
yang diperoleh dengan membuat berbagai aturan atau kesepakatan adalah demi
tercapainya ketentraman dan kenyamanan dalam kehidupan bersama. Untuk mencapai
interaksi tersebut, manusia selalu menggunakan media yang berupa bahasa.
Berbagai cara interaksi itu menentukan banyaknya ragam bahasa yang digunakan,
misalnya dengan bahasa lisan maupun tertulis.
Dalam kaitan dengan kehidupan bersama,tidak
jarang sehari-hari bersepeda motor di jalan raya tentu memiliki etika dan peraturannya. Etika menempatkan kesopanan dan rasa saling
peduli kepada sesama pengguna jalan. Aturan menempatkan ketaatan dan
kedisiplinan sebagai panglima sesuai rambu dan marka jalan.
Etika diartikan juga sebagai nilai dan norma moral yang menjadi pegangan
bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Etika
merupakan kesepakatan suatu masyarakat atas nilai-nilai kehidupan yang mengarah
kepada kedamaian dan kesejahteraan. Pelanggar etika biasanya diganjar sanksi
moral, dikucilkan dari kehidupan sosial. Sementara itu, aturan yang tertuang dalam hukum
positif juga bermuara kepada mewujudkan kehidupan manusia yang lebih beradab.
Bedanya, pelanggar aturan bisa divonis sanksi denda atau pidana, bahkan mungkin
gabungan keduanya. Terkait berkendara, di Indonesia aturan yang mengaturnya
adalah Undang Undang. Apakah etika dan aturan bersepeda
motor saling bertolak belakang? Atau justeru saling melengkapi? Lantas, mana
yang lebih didahulukan, etika atau aturan?
Bagi kita, muara dari implementasi etika dan aturan bersepeda
motor adalah terciptanya keselamatan saat bermotor dan orang yang ada di sekitar kita . Karena itu, pemotor harus lebih aman, nyaman, dan
selamat juga pelajalan kaki amupun
anak-anak di sekitar kita. Ada beberapa etika yang secara umum dalam
kehidupan bermasyarakat bagi pengendara sepeda motor misalnya, tidak etis jika pemotor mengeluarkan suara bising di
pemukiman padat. Termasuk saat melintas di sekitar rumah sakit, tempat ibadah,
sekolah, dan kumpulan warga yang sedang melakukan kegiatan seperti resepsi
pernikahan atau kedukaan, tidak etis melarikan diri jika menyenggol kendaraan
lain atau orang yang sedang berjalan kaki atau
anak-anak.
Dalam kaitan dengan
penggunaan bahasa dalam kehidupan bermasyarakat seperti yang telah
diuraikan pada awal tadi, terdapat berbagai cara yang digunakan untuk mengatur
tata etika berkendara dalam kehidupan bersama salah satunya adalah dengan
memajangkan berbagai peringatan/etika berkendara bagi pengguna sepeda motor. Dalam
peringatan yang dipajangkan di lorong-lorong perumahan/gang tersebut biasanya
terdiri dari teks yang tentunya berkonteks dan memiliki koteks ( teks lain).
Teks merupakan bahasa
yang sedang digunakan dan terikat dengan konteks situasi tertentu (Halliday
& Hasan 1985). Maksud
dari pernyataan ini bahwa teks merupakan bahasa yang sedang menjalankan
fungsinya sebagai alat komunikasi pada waktu tertentu dan dalam situasi
kebahasaan dan situasi lingkungan tertentu. Sedangkan Brown & Yule (1984) menyebutkan bahwa teks
adalah rekaman kebahasaan yang utuh dalam suatu peristiwa komunikasi. Ciri
keutuhan teks itu terletak pada pertimbangan berbagai unsur yang terlibat dalam
tindak komunikasi pada proses pemaknaan rekaman kebahasaan berlangsung,
unsur-unsur yang terlibat, fakta-fakta yang relevan dalam ujaran dan itulah yang disebut konteks.
Makna yang terealisasi dalam teks merupakan hasil
interaksi pemakai bahasa dengan konteksnya, sehingga konteks merupakan wahana
terbentuknya teks. Teks adalah bahasa yang berfungsi, maksudnya adalah
bahasa yang sedang melaksanakan tugas tertentu (menyampaikan pesan atau
informasi) dalam konteks situasi, berlainan dengan kata-kata atau
kalimat-kalimat lepas yang mungkin dituliskan di papan tulis. Bentuknya bisa
percakapan dan tulisan (bentuk-bentuk yang kita gunakan untuk menyatakan apa
saja yang kita pikirkan). Hal penting mengenai sifat teks ialah bahwa meskipun
teks itu bila kita tuliskan tampak seakan-akan terdiri dari kata-kata dan
kalimat, namun sesungguhnya terdiri dari makna-makna. Memang
makna-makna atau maksud yang ingin kita sampaikan kepada orang lain haruslah
dikodekan dalam tuturan lisan atau kalimat-kalimat supaya dapat dikomunikasikan.
II.
PERENTANGAN DAN PEMBATASAN MASALAH
Dari uraian yang
telah dikemukakan tersebut, maka peneliti perlu membuat perentangan dan
pembatasan masalah. Secara umum teks merupakan bahasa yang berfungsi, maksudnya
adalah bahasa yang sedang melaksanakan tugas tertentu (menyampaikan pesan atau
informasi) dalam konteks situasi tertentu. Ko-teks adalah teks yang berhubungan
dengan sebuah teks yang lain baik yang sebelumnya atau sesudahnya (mengiringi).
Sedangkan konteks adalah sesuatu yang menyertai atau yang bersama teks.
Dari uraian ini, maka
peneliti mambuat pembatasan masalah bahwa teks dalam penelitian ini berupa bahasa
peringatan yang menyampaikan informasi sekaligus peringatan kepada pengguna
sepeda motor dan dalam situasi tertentu. Ko-teks dalam kaitan dengan penelitian
ini berupa teks lain yang bisa saja berupa peringatan tetapi dapat dalam bentuk
yang lain yang berupa kalimat. Lalu konteks dalam kaitan dengan penelitian ini
mengacu pada faktor di luar teks peringatan pada pengguna sepeda motor.
III.
PERUMUSAN MASALAH
Beradasarkan pemaparan
pada latar belakang tersebut, maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan
yakni bagaimana teks, ko-teks dan konteks dalam peringatan tertulis bagi
pengguna sepeda motor di Karangrejo, Kelurahan Wonokromo,Kecamatan Wokromo,
Surabaya?
IV.
PENGGUNAAN METODE
Penelitian tentang teks,ko-teks
dan konteks dalam peringatan tertulis ini menggunakan data kualitatif. Penelitian ini mendeskripsikan suatu keadaan sebenarnya tetap berdasarkan prosedur ilmiah. Secara lebih spesifik, penelitian ini memiliki karakteristik suatu peneliti deskriptif kualitatif, yaitu sebagai berikut :
1. Sumber
data bersifat alamiah tidak merupakan hasil perlakuan tertentu.
2.
Sumber datanya berwujud kata-kata dan kalimat.
3.
Pengumpulan dan analisis data tidak menggunakan
prosedur statistika.
4.
Deskripsi
suatu
objek,
fenomena atau setting
sosial berbentuk tulisan
yang bersifat naratif. Artinya,
data atau fakta yang dihimpun
berbentuk kata atau gambar dan tidak berbentuk angka-angka.
Laporan penelitian berisi
kutipan-kutipan dari data / fakta yang diungkapkan di lapangan.
Data
yang ada berupa wacana peringatan tertulis
di lorong-lorong gang/jalan. Data kualitatif adalah data yang berupa kata-kata.
Data kualitatif digunakan sebagai dasar untuk mengetahui teks,ko-teks dan
konteks peringatan tertulis yang terdapat di lorong-lorong gang/jalan. Dalam
pengambilan data, penulis menggunakan kamera handphone untuk mengambil peringatan tertulis yang akan dibahas.
Dari gambar yang diambil, selanjutnya penulis akan mencatat atau menstranskrip tulisan
tersebut untuk kemudian dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Mengumpulkan peringatan-peringatan tertulisdi lorong-lorong di
daerah Karangrejo Sawah
2.
Mengambil gambar peringatan
3.
Menganalisis
kalimat-kalimat peringatan dilihat dari
teks.ko-teks dan konteks
4. Menyimpulkan
hasil analisis teks,ko-teks
dan konteks
V.
PENGKAJIAN TEORI
5.1 Teks :
Teks adalah bahasa yang sedang digunakan dan terikat
dengan konteks situasi tertentu (Halliday & Hasan 1985). Maksud dari pernyataan ini bahwa teks
merupakan bahasa yang sedang menjalankan fungsinya sebagai alat komunikasi pada
waktu tertentu dan dalam situasi kebahasaan dan situasi lingkungan tertentu. Sedangkan Brown & Yule (1984) menyebutkan bahwa teks
adalah rekaman kebahasaan yang utuh dalam suatu peristiwa komunikasi. Ciri
keutuhan teks itu terletak pada pertimbangan berbagai unsur yang terlibat dalam
tindak komunikasi pada proses pemaknaan rekaman kebahasaan berlangsung,
unsur-unsur yang terlibat, fakta-fakta yang relevan dalam ujaran
danitulahyangdisebutkonteks.
Dari dua pendapat diatas dapat disimpulkan
bahwa teks merupakan bahasa yang sedang menjalankan fungsinya. Dalam kaitan
dengan penelitian ini dapat diartikan sebagai alat komunikasi sosial antar
masyarakat yang sedang digunakan untuk memberikan informasi sekaligus peringatan
kepada para pengguna sepeda motor dalam bentuk tulisan-tulisan baik dari
tulisan komputer maupun tulisan manual pada papan atau kertas yang dipajangkan
ditembok-tembok gang atau digantungkan di depan gerbang atau lorong gang.
5.2 Ko-teks :
Ko-teks adalah hubungan antar wacana yang merupakan
lingkungan kebahasaan yang melingkupi suatu wacana. Ko-teks
ini dapat berwujud ujaran, paragraf, atau wacana (Cooks,
1994). Maksudnya adalah ko-teks merupakan teks lain
baik yang sebelumnya atau yang sesudahnya yang turut mempengaruhi makna teks
yang akan dianalisis. Koteks suatu kata adalah
kata-kata lain yang digunakan di dalam frasa atau kalimat yang sama. Koteks
mempunyai pengaruh yang kuat dalam penafsiran makna.
Sedangkan menurut Mey (1993) mendefinisikan ko-teks sebagai sebuah kalimat (tunggal ataupun
ganda) yang merupakan bagian dari teks yang (kurang lebih secara langsung)
mengelilinginya. Dari
pengertian ini dapat dijelaskan bahwa koteks adalah merupakan teks juga yang
keberadaannya turut mempengeruhi dalam pemaknaan teks.
Dalam kaitan dengan penelitian ini keberadaan koteks dalam suatu struktur teks
menunjukkan bahwa teks tersebut memiliki struktur yang saling berkaitan satu
dengan yang lain. Gejala inilah yang menyebabkan suatu teks
menjadi utuh dan lengkap. Dengan demikian, koteks berfungsi sebagai alat bantu
memahami dan menganalisis teks. Koteks adalah teks yang berhubungan dengan sebuah
teks yang lain. Koteks dapat pula berupa unsur teks dalam sebuah teks.
5.3 Konteks:
Secara harfiah, konteks berarti “something
accompanying text”, yang berarti : sesuatu yang inheren dan hadir bersama teks.
Konteks diungkapkan melalui karakterisasi bahasa yang digunakan penutur
(Halliday & Hasan, 1985). Di dalam teori Halliday, pengertian harfiah itu
diterjemahkan dalam batasan Saussure yang menyatakan bahwa bahasa sebagai suatu
fakta sosial. Oleh Halliday “something” di atas diolah menjadi “sesuatu yang
telah ada dan hadir dalam partisipan sebelum tindak komunikasi dilakukan,
karena itu konteks mengacu pada konteks kultural dan konteks sosial (Halliday,
1978; Wirth, 1984) yang diidentifikasikan atas ranah, tenor, dan modi.
Ranah merupakan rekaman tentang peristiwa apa yang
terjadi, yaitu segala peristiwa atau tindak sosial yang sedang berlangsung pada
pengalaman atau benak. Aspek itu menggambarkan peristiwa apa yang terjadi yang
melibatkan para penutur atau partisipan sebagaimana dinyatakan atau
direalisasikan berupa unsur-unsur status, proses, pelaku, tujuan, lokasi, dan
waktu. Tenor merupakan unsur partisipan yang menyatakan interpersonal dan
status yang direalisasikan dalam pilihan-pilihan piranti wacana. Dalam tenor
itu, hubungan interaksi yang signifikanlah yang diamati. Sedang modi adalah
realisasi yang diungkapkan oleh teks secara keseluruhan sebagai tindak sosial,
baik bersifat lisan dan tulisan, monolog atau dialog.
Leech (1983) menyatakan konteks adalah segala latar
belakang pengetahuan yang dimiliki bersama oleh penutur dan mitra tutur serta
yang menyertai dan mewadai sebuah tuturan. Selanjutnya Schiffrin (1994)
membedakan antara konteks dengan teks dengan menjelaskan bahwa konteks
sebagai situasi berkaitan dengan kompetensi sosial, budaya, dan strategi;
Konteks sebagai pengetahuan dan situasi memandang ujaran sebagai suatu unit kejadian teertentu yaang bersifat tertutup, dan ujaran sebagai suatu bentuk komunikasi yang selalu baru, dan bergantung pada situasi dan masyarakatnya. Paandangan pertama berkaitan dengan kemampuan penutur dalam menggunakan konvensi yang digunakan dalam bahasanya, sedangkan pandangan kedua berkaitan dengan kemampuan penutur untuk selalu berkreasi dalam menyusun tuturannya sesuai dengan situasi dan budayanya.
Konteks sebagai pengetahuan dan situasi memandang ujaran sebagai suatu unit kejadian teertentu yaang bersifat tertutup, dan ujaran sebagai suatu bentuk komunikasi yang selalu baru, dan bergantung pada situasi dan masyarakatnya. Paandangan pertama berkaitan dengan kemampuan penutur dalam menggunakan konvensi yang digunakan dalam bahasanya, sedangkan pandangan kedua berkaitan dengan kemampuan penutur untuk selalu berkreasi dalam menyusun tuturannya sesuai dengan situasi dan budayanya.
Cook (1994) membedakan pengertian konteks menjadi
dua yaitu, konteks dalam pengertian sempit dan dalam pengertian luas. Dalam
pengertian sempit, konteks mengacu pada faktor di luar teks. Sedang dalam
pengertian luas, konteks dapat didefinisikan sebagai pengetahuan yaang relevan
dengan ciri dunia dan ko-teks.
Dari uraian yang telah
dikemukakan diatas dapat disimpulkan bahwa konteks adalah benda atau hal yang
berada bersama teks dan menjadi lingkungan atau situasi penggunaan bahasa.
Konteks tersebut dapat berupa konteks linguistik dan dapat pula berupa konteks
ekstralinguistik. Konteks linguistik yang juga berupa teks atau bagian teks dan
menjadi lingkungan sebuah teks dalam wacana yang sama dapat disebut konteks
ekstralinguistik berupa hal-hal yang bukan unsur bahasa, seperti partisipan,
topik, latar atau setting (tempat, waktu, dan peristiwa), saluran (bahasa lisan
atau tulis), bentuk komunikasi (dialog, monolog, atau polilog)
Pengguna bahasa harus
memperhatikan konteks agar dapat menggunakan bahasa secara tepat dan menentukan
makna secara tepat pula. Dengan kata lain, pengguna bahasa senantiasa terikat
konteks dalam menggunakan bahasa. Konteks yang harus diperhatikan adalah konteks
linguistik dan konteks ekstralinguistik.
Situasi adalah lingkungan
tempat teks beroperasi. Konteks situasi adalah keseluruhan lingkungan, baik
lingkungan tutur (verbal) maupun lingkungan tempat teks itu diproduksi
(diucapkan atau ditulis). Untuk memahami teks dengan sebaik-baiknya, diperlukan
pemahaman terhadap konteks situasi dan konteks budayanya.
VI.
KAJIAN EMPIRI
Yang
menjadi data dalam penelitian ini adalah teks peringatan bagi pengendara sepeda
motor di Karangrejo,Kelurahan Wonokromo, Kota Surabaya. Peneliti pengumpulkan
data berupa gambar tulisan yang difoto. Tulisan-tulisan peringatan bagi
pengendara sepeda motor tersebut yang berhasil penulis kumpulkan dan dijadikan
sebagai data adalah sebagai berikut:
1.
NAIK KENDARAAN di HARAP turun RT.02
RW.IV
2.
PERHATIAN….!! MOHON MESIN DIMATIKAN KELUAR MASUK GANG INI
RT.001 Terima
Kasih
3.
PELAN & HATI-HATI!
BANYAK ANAK-ANAK BERMAIN
4.
HARAP TURUN
MESIN DI MATIKAN
5.
LEBIH SOPAN
BILA ANDA TURUN
6.
ORANG SEHAT
PASTI TURUN
7.
PENGENDARA MOTOR HARAP TURUN !!!
8.
LEBIH.BAIK.SOPAN ANDA.MASUK.GANG TURUN!!!
JAGALAH.KERUKUNAN
Langkah pertama adalah peneliti memilah dan
sekaligus menentukan mana yang teks dan mana yang ko-teks dengan tujuan agar
dalam meganalisis maksud dari masing-masingnya tidak tumpang tindih. Data-data
diatas dapat dipilah sesuai perannya (teks)dan (ko-teks) yakni : (1)NAIK
KENDARAAN (ko-teks) di HARAP turun (teks)RT.01 RW.IV, (2) PELAN &
HATI-HATI! (Teks)BANYAK ANAK-ANAK BERMAIN (ko-teks), (3) HARAP TURUN (teks)
MESIN DI MATIKAN (ko-teks), (4) LEBIH SOPAN (ko-teks)BILA ANDA TURUN (teks),
(5) ORANG SEHAT (ko-teks)PASTI TURUN (teks), (6) PENGENDARA MOTOR (ko-teks)
HARAP TURUN !!! (teks), (7) LEBIH.BAIK.SOPAN ANDA.MASUK.GANG (ko-teks)TURUN!!!
(teks) JAGALAH.KERUKUNAN (ko-teks) (8) PERHATIAN….!! MOHON MESIN DIMATIKAN
KELUAR MASUK GANG INI (teks) Terima Kasih (ko-teks)
Peneliti memilah data
bahasa tertentu disebut teks dengan alasan yang mendasar karena data bahasa
tersebut yang menjadi inti peringatan (teks peringatan), sedangkan data yang
lain peneliti posisikan sebagai ko-teks karena berperan sebagai data yang
mendukung pemaknaan teks.
Setelah
data dipilah sesuai perannya, data bahasa berupa teks peringatan ini
diinterpretasikan satu per satu dengan menghadirkan konteks. Untuk
menginterpretasikan data bahasa berupa teks serta ko-teks peringatan tersebut,
maka peneliti menerapkan dalam bagan sebagai berikut :
1.
Data I
Teks sebelumnya (ko-teks): NAIK KENDARAAN
|
|
Teks : di HARAP turun
|
Konteks: di lorong gang,
antara perumahan warga RT.02
RW.IV
|
Teks peringatan oleh N (penutur) kepada t
(petutur) untuk turun, tidak sedang diatas motor waktu motor berjalan.
Penutur melarang petutur yang sedang berkendara untuk turun karena melihat
konteks situasi melalui perumahan warga, dapat menyebabkan kebisingan
(artinya secara implisit teks tersebut sebenarnya mengharapkan petutur
mematikan mesin motornya lalu dorong,tidak mungkin petutur naik kendaraan
apabila kendaraan tidak dibunyikan). Apabila petutur mengindahkan peringatan
yang disampaikan penutur tersebut, maka maksud teks tersebut tercapai
(komunikatif) maksudnya teks
tersebut sudah menjalankan perannya untuk mengkomunkasikan sesuatu antara
penutur dan petutur/menjalankan fungsi peringatan. Lalu kehadiran ko-teks
juga turut menegaskan maksud peringatan penutur, yakni bagi petutur yang
berberkendaraan untuk turun ( artinya peringatan ini berlaku bagi petutur
yang sedang berkendara sepeda motor, sedangkan petutur yang tidak bersepeda
motor (pejalan kaki) tidak mungkin turun dari sepeda motor.
|
2.
Data II
Teks : PERHATIAN….!! MOHON MESIN DIMATIKAN KELUAR MASUK GANG INI
|
Konteks: di perumahan warga, banyak anak kecil yang bermain di jalan RT.001
|
Teks sesudahnya (ko-teks): Terima Kasih
|
|
Teks (8) ini juga merupakan peringatan yang manapada awal kalimatnya N meminta
perhatiankepada t agar keluar masuk kendaraan kedan keluar gang dengan
mematikan mesin. Teks ini ditulis karena melihat konteks situasi daerah/gang
tersebut yang sempit,padat perumahan warga serta banyak anak kecil yang
bermain di jalan. Maksudnya adalah selain untuk tidak menimbulkan kebisingan
juga untuk menjaga keselamatan anak-anak/orang yang bukan pengendara sepeda
motor. Sedangkan ko-teks diatas adalah apabila pengendara sepeda motor telah menaatinya
misalnya dengan mematikan mesin kendaraanya, maka peran koteks diatas adalah
satu ucapan yang diberikan masyarakat setempat kepada pengendara sepeda
motor. Teks tersebut berkedudukan sebagai koteks (teks penjelas) bagi teks
utama diatas.
|
3.
Data III
Teks : PELAN & HATI – HATI !
|
Konteks: di perumahan warga, banyak anak kecil yang bermain di jalan
|
Teks sesudahnya (ko-teks): BANYAK ANAK-ANAK BERMAIN
|
|
Teks (3) ini merupakan peringatan dari N (penutur)
kepada t (petutur) untuk bersepeda motor dengan kecepatan minimal dan penuh
hati-hati. Peringatan yang dibuat penutur (N) ini mengacu pada ko-teks
sekaligus konteks situasi yakni banyak anak yang bermain di daerah ini.
Dengan demikian, dari data (2) ini teks sudang menjalankan perannya yakni
bahasa yang sedang menjalankan fungsi tertentu yang dalam hal ini adalah
fungsi komunikasi berupa peringatan dari N kepada t. Kehadiran ko-teks
tersebut adalah sebagai penegas maksud teks,juga sebagai kalimat informasi
supaya t apabila melewati daerah tersebut dengan pelan dan penuh hati-hati.
|
4.
Data IV
Teks : HARAP TURUN
|
Konteks: lorong di antara perumahan warga yang padat.
|
Teks sesudahnya (ko-teks): MESIN DI MATIKAN
|
|
Teks (4)ini adalah peringatan yang halus dalam
bentuk harapan dari N (penutur) kepada t (petutur) untuk tidak mengendarai
motor. Artinya bahwa N mengharapkan t agar setelah masin dimatikan (ko-teks)
lalu t mendorong motor pada saat melewati lorong yang penuh dengan perumahan
warga yang padat. Maksud dari teks serta ko-teks ini adalah N melarang t untuk membunyikan mesin selama melewati
lorong perumahan tersebut agar warga sekitarnya tidak terganggu dengan bunyi
motor t dan walaupun tidak membunyikan motor tetapi dengan berkendara tanpa
bunyipun (free) dapat membahayakan anak-anak dan warga kampong.
|
5.
Data V
Teks sebelumnya (ko-teks): LEBIH SOPAN
|
|
Teks : BILA ANDA TURUN
|
Konteks: di lorong perumahan warga yang sempit dan padat penduduk.
|
Teks (5) tersebut merupakan peringatan yang halus berupa anjuran dari N
(penutur) kepada t () (petutur) turun. Teks di atas
adalah peringatan bagi orang yang akan melewati jalan di lorong
perumahan warga. Apabila pejalan/petutur (t) telah menaatinya misalnya turun
dari kendaraanya, maka ko-teks adalah satu ucapan yang diberikan penutur (N)
kepada petutur (t) bahwa mereka sopan.
|
Data VI
Teks sebelumnya (ko-teks): ORANG SEHAT
|
|
Teks : PASTI TURUN
|
Konteks : di lorong perumahan warga yang sempit dan padat penduduk
(data IV dan data V berada pada tempat yang sama)
|
Teks (6)ini adalah peringatan dari penutur (N) kepada petutur (t) untuk
tidak berkendara selama melewati lorong/gang perumahan yang padat. Teks ini
juga mengharapkan petutur turun dengan seolah-olah memastikan hanya kepada
mereka/petutur yang turun maka diberi penilaian sebagai orang yang sehat
(ko-teks). Setelah membaca teks peringatan ini menggugah petutur untuk
langsung mengintrospeksi diri kalau memang petutur sehat pasti turun dari
motor/tidak mengendarai motor saat melewati lorong. Atau dengan kata lain, apabila petutur (t)telah
menaatinya misalnya turun dari kendaraanya, maka ko-teks adalah satu predikat
yang diberikan penutur (N) kepada petutur (t) bahwa mereka adalah orang
sehat.
|
7.
Data VII
Teks sebelumnya (ko-teks): PENGENDARA MOTOR
|
|
Teks : HARAP TURUN !!!
|
Konteks : lorong perumahan warga yang padat
|
Teks (7) ini adalah peringatan dari penutur (N)kepada petutur (t) yang
mana N mengharapkan t untuk tidak berkendara atau diatas kendaraan saat
melewati lorong perumahan. Yang diharapkan oleh N untuk turun adalah t yang
sedang berkendara, tentu teks ini tidak berlaku bagi t yang tidak sedang
berkendara. Asumsi yang ada dari teks dan ko-teks ini adalah bahwa berarti
biasanya kalau para pengendara yang berkendara dengan tidak turun
biasanyamembunyikan mesin yang tentu saja mengganggu ketenangan warga, atau
bisa saja karena walaupun tidak membunyikan mesin dengan tetap di atas motor
(free) saja bisa membahayakan keselamatan anak-anak atau warga di sekitar
jalan.
|
8.
Data VIII
Teks sebelumnya (ko-teks): LEBIH.BAIK.SOPAN ANDA.MASUK.GANG
|
|
Teks : TURUN!!!
|
Konteks : lorong perumahan warga yang yang padat, banyak penduduk.
|
Teks sesudahnya (ko-teks) : JAGALAH.KERUKUNAN
|
|
Teks (8) ini adalah peringatan dari penutur(N) kepada petutur (t) agar
tidak sedang berkendara (diatas kendaraan dan mesin motor sedang berbunyi )
atau dengan kata lain pengendara turun. Apabila t mengindahkan peringatan N,
maka t dinilai mengikuti anjuran yang ada pada ko-teks yakni lebih baik sopan
masuk gang (t dinilai sopan masuk gang apabila turun), lalu teks yang
sesudahnya (ko-teks 2) adalah turut mempertegas maksud dari teks utama yakni
apabila pengendara turun dan tidak meghidupkan mesin maka dianggap mengikuti
anjuran untuk menjaga kerukunan warga.
|
V. KESIMPULAN
Dari uraian pada pengkajian empiri tersebut,
maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut yakni, (1)dalam penelitian ini
teks merupakan bahasa yang sedang menjalankan fungsi komunikasi tertentu yakni
memberikan peringatan. Ketika peringatan tersebut diindahkan maka disini dapat
dikatakan bahwa teks sudah menjalankan perannya. Ada berbagai bentuk peringatan
yang digunakan N kepada t dalam bentuk tulisan yang dipajang pada tembok-tembok
masuk gang atau lorong yang semuanya memiliki maksudsecara umum bahwa N meminta
t sebagai pengendara sepeda motor untuk tidak membunyikan mesin dengan
pertimbangan agar tidak menimbulkan kebisingan serta apabila dengan turun/tidak
sedang diatas kendaraan, laju dapat diperlambat dan keselamatan para pejalan
kaki/ anak-anak kecil terjamin. (2) ko-teks dalam penelitian ini lebih mengarah
sebagai penegas maksud N pada teks. Ko-teks atau teks lain yang turut
mempengaruhi maksud yang ingin disampaikan N kepada t sebagai pengendara sepeda
motor. (3) konteks dalam penelitian ini lebih pada konteks situasi yakni di lorong-lorong
gang/jalan masuk yang sempit, banyak wargaserta perumahan yang padat dan
banyakanak-anak.
Daftar Pustaka
Yule, George. 1996.
Pragmatik. Pustaka Pelajar : Yogyakarta
Mulyana.
2008. Kajian Wacana. Yogyakarta:
Tiara Wacana.
Tarigan, Henry Guntur.
2009. Pengajaran Pragmatik. Angkasa : Bandung
(UU No 22/2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar