Jumat, 17 November 2017

TEKS, KO-TEKS, DAN KONTEKS




TEKS, KO-TEKS, DAN KONTEKS 
 PERINGATAN TERTULIS BAGI PENGENDARA SEPEDA MOTOR
(KAJIAN PRAGMATIK)
Oleh
Jose Da Conceicao Verdial

Abstrak

Pragmatik merupakan cabang ilmu bahasa yang mempelajari bahasa dalam penggunaan dan penggunaan bahasa. Studi pragmatik ini mengkaji berbagai hakikat penggunaan bahasa atau proses kebahasaan dalam keseharian yang memberikan ciri khas tersendiri pada fungsi bahasa sebagai alat komunikasi. Dalam hubungan dengan fungsi bahasa sebagai alat komunikasi manusia, maka dalam proses komunikasinya terdapat banyak fenomena kebahasaan yang terjadi. Salah satu contoh adalah berbagai  bentuk bahasa peringatan dalam lingkungan masyarakat bagi pengguna sepeda motor. Dalam keseharian, ditemukan beberapa teks yang dituliskan dan dipajangkan di lorong-lorong jalan sebagai bentuk peringatan atau peringatan untuk para pengendara sepeda motor.
Teks merupakan bahasa yang berfungsi, maksudnya adalah bahasa yang sedang melaksanakan tugas tertentu (menyampaikan pesan atau informasi) dalam konteks situasi tertentu. Dalam kaitan dengan penelitian ini, teks adalah bahasa peringatan yang menyampaikan informasi sekaligus peringatan kepada pengguna sepeda motor dan dalam situasi tertentu.
Ko-teks adalah teks yang berhubungan dengan sebuah teks yang lain baik yang sebelumnya atau sesudahnya (mengiringi). Dalam kaitan dengan penelitian ini, ko-teks merupakan teks lain yang bisa saja berupa peringatan tetapi dapat dalam bentuk yang lain yang berupa kalimat. Koteks merupakan semua unsur kebahasaan atau linguistik yang berperanan dalam menentukan makna sebuah tulisan/peringatan. Peranan koteks dalan sebuah wacana peringatan ini adalah mendukung atau memperjelas makna peringatan yang ada pada teks.
Sedangkan konteks adalah sesuatu yang menyertai atau yang bersama teks. Secara garis besar, konteks wacana dibedakan atas dua kategori, yakni konteks linguistik dan konteks ekstralinguistik.

Kata kunci : Teks,ko-teks dan konteks


I.                    LATAR BELAKANG
Manusia adalah makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial dalam kehidupannya selalu terjadi interaksi dengan sesama dalam lingkungan masyarakat. Dalam kehidupan dengan sesama sebagai makhluk sosial tersebut tidak jarang ada berbagai aturan atau kesepakatan yang dibuat untuk kelangsungan tata kehidupan bersama dalam masyarakat.
Tujuannya yang diperoleh dengan membuat berbagai aturan atau kesepakatan adalah demi tercapainya ketentraman dan kenyamanan dalam kehidupan bersama. Untuk mencapai interaksi tersebut, manusia selalu menggunakan media yang berupa bahasa. Berbagai cara interaksi itu menentukan banyaknya ragam bahasa yang digunakan, misalnya dengan bahasa lisan maupun tertulis.
Dalam kaitan dengan kehidupan bersama,tidak jarang sehari-hari bersepeda motor di jalan raya tentu memiliki etika dan peraturannya. Etika menempatkan kesopanan dan rasa saling peduli kepada sesama pengguna jalan. Aturan menempatkan ketaatan dan kedisiplinan sebagai panglima sesuai rambu dan marka jalan.
Etika diartikan juga sebagai nilai dan norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Etika merupakan kesepakatan suatu masyarakat atas nilai-nilai kehidupan yang mengarah kepada kedamaian dan kesejahteraan. Pelanggar etika biasanya diganjar sanksi moral, dikucilkan dari kehidupan sosial. Sementara itu, aturan yang tertuang dalam hukum positif juga bermuara kepada mewujudkan kehidupan manusia yang lebih beradab. Bedanya, pelanggar aturan bisa divonis sanksi denda atau pidana, bahkan mungkin gabungan keduanya. Terkait berkendara, di Indonesia aturan yang mengaturnya adalah Undang Undang. Apakah etika dan aturan bersepeda motor saling bertolak belakang? Atau justeru saling melengkapi? Lantas, mana yang lebih didahulukan, etika atau aturan?
Bagi kita, muara dari implementasi etika dan aturan bersepeda motor adalah terciptanya keselamatan saat bermotor dan orang yang ada di sekitar kita . Karena itu, pemotor harus lebih aman, nyaman, dan selamat juga pelajalan kaki amupun anak-anak di sekitar kita. Ada beberapa etika yang secara umum dalam kehidupan bermasyarakat bagi pengendara sepeda motor misalnya, tidak etis jika pemotor mengeluarkan suara bising di pemukiman padat. Termasuk saat melintas di sekitar rumah sakit, tempat ibadah, sekolah, dan kumpulan warga yang sedang melakukan kegiatan seperti resepsi pernikahan atau kedukaan, tidak etis melarikan diri jika menyenggol kendaraan lain atau orang yang sedang berjalan kaki atau anak-anak.
Dalam kaitan dengan penggunaan bahasa dalam kehidupan bermasyarakat seperti yang telah diuraikan pada awal tadi, terdapat berbagai cara yang digunakan untuk mengatur tata etika berkendara dalam kehidupan bersama salah satunya adalah dengan memajangkan berbagai peringatan/etika berkendara bagi pengguna sepeda motor. Dalam peringatan yang dipajangkan di lorong-lorong perumahan/gang tersebut biasanya terdiri dari teks yang tentunya berkonteks dan memiliki koteks ( teks lain).
Teks merupakan bahasa yang sedang digunakan dan terikat dengan konteks situasi tertentu (Halliday & Hasan 1985). Maksud dari pernyataan ini bahwa teks merupakan bahasa yang sedang menjalankan fungsinya sebagai alat komunikasi pada waktu tertentu dan dalam situasi kebahasaan dan situasi lingkungan tertentu.  Sedangkan  Brown & Yule (1984) menyebutkan bahwa teks adalah rekaman kebahasaan yang utuh dalam suatu peristiwa komunikasi. Ciri keutuhan teks itu terletak pada pertimbangan berbagai unsur yang terlibat dalam tindak komunikasi pada proses pemaknaan rekaman kebahasaan berlangsung, unsur-unsur yang terlibat, fakta-fakta yang relevan dalam ujaran dan itulah yang disebut konteks.
Makna yang terealisasi dalam teks merupakan hasil interaksi pemakai bahasa dengan konteksnya, sehingga konteks merupakan wahana terbentuknya teks. Teks adalah bahasa yang berfungsi, maksudnya adalah bahasa yang sedang melaksanakan tugas tertentu (menyampaikan pesan atau informasi) dalam konteks situasi, berlainan dengan kata-kata atau kalimat-kalimat lepas yang mungkin dituliskan di papan tulis. Bentuknya bisa percakapan dan tulisan (bentuk-bentuk yang kita gunakan untuk menyatakan apa saja yang kita pikirkan). Hal penting mengenai sifat teks ialah bahwa meskipun teks itu bila kita tuliskan tampak seakan-akan terdiri dari kata-kata dan kalimat, namun sesungguhnya terdiri dari makna-makna. Memang makna-makna atau maksud yang ingin kita sampaikan kepada orang lain haruslah dikodekan dalam tuturan lisan atau kalimat-kalimat supaya dapat dikomunikasikan.
II.                  PERENTANGAN DAN PEMBATASAN MASALAH
Dari uraian yang telah dikemukakan tersebut, maka peneliti perlu membuat perentangan dan pembatasan masalah. Secara umum teks merupakan bahasa yang berfungsi, maksudnya adalah bahasa yang sedang melaksanakan tugas tertentu (menyampaikan pesan atau informasi) dalam konteks situasi tertentu. Ko-teks adalah teks yang berhubungan dengan sebuah teks yang lain baik yang sebelumnya atau sesudahnya (mengiringi). Sedangkan konteks adalah sesuatu yang menyertai atau yang bersama teks.
Dari uraian ini, maka peneliti mambuat pembatasan masalah bahwa teks dalam penelitian ini berupa bahasa peringatan yang menyampaikan informasi sekaligus peringatan kepada pengguna sepeda motor dan dalam situasi tertentu. Ko-teks dalam kaitan dengan penelitian ini berupa teks lain yang bisa saja berupa peringatan tetapi dapat dalam bentuk yang lain yang berupa kalimat. Lalu konteks dalam kaitan dengan penelitian ini mengacu pada faktor di luar teks peringatan pada pengguna sepeda motor.
III.                PERUMUSAN MASALAH
Beradasarkan pemaparan pada latar belakang tersebut, maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan yakni bagaimana teks, ko-teks dan konteks dalam peringatan tertulis bagi pengguna sepeda motor di Karangrejo, Kelurahan Wonokromo,Kecamatan Wokromo, Surabaya?
IV.               PENGGUNAAN METODE
Penelitian tentang teks,ko-teks dan konteks dalam peringatan tertulis ini menggunakan data kualitatif. Penelitian ini mendeskripsikan suatu keadaan sebenarnya tetap berdasarkan prosedur ilmiah. Secara lebih spesifik, penelitian ini memiliki karakteristik suatu peneliti deskriptif kualitatif, yaitu sebagai berikut :
1.      Sumber data bersifat alamiah tidak merupakan hasil perlakuan tertentu.

2.      Sumber datanya berwujud kata-kata dan kalimat.

3.      Pengumpulan dan analisis data tidak menggunakan prosedur statistika.

4.      Deskripsi  suatu  objek,  fenomena  atau  setting  sosial  berbentuk    tulisan  yang  bersifat naratif. Artinya, data atau fakta yang dihimpun berbentuk kata atau gambar dan tidak berbentuk angka-angka. Laporan penelitian  berisi kutipan-kutipan dari data / fakta yang diungkapkan di lapangan.
Data yang ada berupa wacana peringatan tertulis di lorong-lorong gang/jalan. Data kualitatif adalah data yang berupa kata-kata. Data kualitatif digunakan sebagai dasar untuk mengetahui teks,ko-teks dan konteks peringatan tertulis yang terdapat di lorong-lorong gang/jalan. Dalam pengambilan data, penulis menggunakan kamera handphone untuk mengambil peringatan tertulis yang akan dibahas. Dari gambar yang diambil, selanjutnya penulis akan mencatat atau menstranskrip tulisan tersebut untuk kemudian dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1.      Mengumpulkan peringatan-peringatan tertulisdi lorong-lorong di daerah Karangrejo Sawah

2.      Mengambil gambar peringatan

3.      Menganalisis  kalimat-kalimat peringatan  dilihat  dari  teks.ko-teks dan konteks
4.      Menyimpulkan hasil analisis teks,ko-teks dan konteks


V.                 PENGKAJIAN TEORI

5.1 Teks :
Teks adalah bahasa yang sedang digunakan dan terikat dengan konteks situasi tertentu (Halliday & Hasan 1985). Maksud dari pernyataan ini bahwa teks merupakan bahasa yang sedang menjalankan fungsinya sebagai alat komunikasi pada waktu tertentu dan dalam situasi kebahasaan dan situasi lingkungan tertentu.  Sedangkan  Brown & Yule (1984) menyebutkan bahwa teks adalah rekaman kebahasaan yang utuh dalam suatu peristiwa komunikasi. Ciri keutuhan teks itu terletak pada pertimbangan berbagai unsur yang terlibat dalam tindak komunikasi pada proses pemaknaan rekaman kebahasaan berlangsung, unsur-unsur yang terlibat, fakta-fakta yang relevan dalam ujaran danitulahyangdisebutkonteks.
Dari dua pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa teks merupakan bahasa yang sedang menjalankan fungsinya. Dalam kaitan dengan penelitian ini dapat diartikan sebagai alat komunikasi sosial antar masyarakat yang sedang digunakan untuk memberikan informasi sekaligus peringatan kepada para pengguna sepeda motor dalam bentuk tulisan-tulisan baik dari tulisan komputer maupun tulisan manual pada papan atau kertas yang dipajangkan ditembok-tembok gang atau digantungkan di depan gerbang atau lorong gang.

5.2 Ko-teks :

Ko-teks adalah hubungan antar wacana yang merupakan lingkungan kebahasaan yang melingkupi suatu wacana. Ko-teks ini dapat berwujud ujaran, paragraf, atau wacana (Cooks, 1994). Maksudnya adalah ko-teks merupakan teks lain baik yang sebelumnya atau yang sesudahnya yang turut mempengaruhi makna teks yang akan dianalisis. Koteks suatu kata adalah kata-kata lain yang digunakan di dalam frasa atau kalimat yang sama. Koteks mempunyai pengaruh yang kuat dalam penafsiran makna.

Sedangkan menurut Mey (1993) mendefinisikan ko-teks sebagai sebuah kalimat (tunggal ataupun ganda) yang merupakan bagian dari teks yang (kurang lebih secara langsung) mengelilinginya. Dari pengertian ini dapat dijelaskan bahwa koteks adalah merupakan teks juga yang keberadaannya turut mempengeruhi dalam pemaknaan teks.
Dalam kaitan dengan penelitian ini keberadaan koteks dalam suatu struktur teks menunjukkan bahwa teks tersebut memiliki struktur yang saling berkaitan satu dengan yang lain. Gejala inilah yang menyebabkan suatu teks menjadi utuh dan lengkap. Dengan demikian, koteks berfungsi sebagai alat bantu memahami dan menganalisis teks. Koteks adalah teks yang berhubungan dengan sebuah teks yang lain. Koteks dapat pula berupa unsur teks dalam sebuah teks.
5.3 Konteks:
Secara harfiah, konteks berarti “something accompanying text”, yang berarti : sesuatu yang inheren dan hadir bersama teks. Konteks diungkapkan melalui karakterisasi bahasa yang digunakan penutur (Halliday & Hasan, 1985). Di dalam teori Halliday, pengertian harfiah itu diterjemahkan dalam batasan Saussure yang menyatakan bahwa bahasa sebagai suatu fakta sosial. Oleh Halliday “something” di atas diolah menjadi “sesuatu yang telah ada dan hadir dalam partisipan sebelum tindak komunikasi dilakukan, karena itu konteks mengacu pada konteks kultural dan konteks sosial (Halliday, 1978; Wirth, 1984) yang diidentifikasikan atas ranah, tenor, dan modi.
Ranah merupakan rekaman tentang peristiwa apa yang terjadi, yaitu segala peristiwa atau tindak sosial yang sedang berlangsung pada pengalaman atau benak. Aspek itu menggambarkan peristiwa apa yang terjadi yang melibatkan para penutur atau partisipan sebagaimana dinyatakan atau direalisasikan berupa unsur-unsur status, proses, pelaku, tujuan, lokasi, dan waktu. Tenor merupakan unsur partisipan yang menyatakan interpersonal dan status yang direalisasikan dalam pilihan-pilihan piranti wacana. Dalam tenor itu, hubungan interaksi yang signifikanlah yang diamati. Sedang modi adalah realisasi yang diungkapkan oleh teks secara keseluruhan sebagai tindak sosial, baik bersifat lisan dan tulisan, monolog atau dialog.

Leech (1983) menyatakan konteks adalah segala latar belakang pengetahuan yang dimiliki bersama oleh penutur dan mitra tutur serta yang menyertai dan mewadai sebuah tuturan. Selanjutnya Schiffrin (1994) membedakan antara konteks dengan teks dengan menjelaskan bahwa konteks sebagai situasi berkaitan dengan kompetensi sosial, budaya, dan strategi;
Konteks sebagai pengetahuan dan situasi memandang ujaran sebagai suatu unit kejadian teertentu yaang bersifat tertutup, dan ujaran sebagai suatu bentuk komunikasi yang selalu baru, dan bergantung pada situasi dan masyarakatnya. Paandangan pertama berkaitan dengan kemampuan penutur dalam menggunakan konvensi yang digunakan dalam bahasanya, sedangkan pandangan kedua berkaitan dengan kemampuan penutur untuk selalu berkreasi dalam menyusun tuturannya sesuai dengan situasi dan budayanya.

Cook (1994) membedakan pengertian konteks menjadi dua yaitu, konteks dalam pengertian sempit dan dalam pengertian luas. Dalam pengertian sempit, konteks mengacu pada faktor di luar teks. Sedang dalam pengertian luas, konteks dapat didefinisikan sebagai pengetahuan yaang relevan dengan ciri dunia dan ko-teks.
Dari uraian yang telah dikemukakan diatas dapat disimpulkan bahwa konteks adalah benda atau hal yang berada bersama teks dan menjadi lingkungan atau situasi penggunaan bahasa. Konteks tersebut dapat berupa konteks linguistik dan dapat pula berupa konteks ekstralinguistik. Konteks linguistik yang juga berupa teks atau bagian teks dan menjadi lingkungan sebuah teks dalam wacana yang sama dapat disebut konteks ekstralinguistik berupa hal-hal yang bukan unsur bahasa, seperti partisipan, topik, latar atau setting (tempat, waktu, dan peristiwa), saluran (bahasa lisan atau tulis), bentuk komunikasi (dialog, monolog, atau polilog)
Pengguna bahasa harus memperhatikan konteks agar dapat menggunakan bahasa secara tepat dan menentukan makna secara tepat pula. Dengan kata lain, pengguna bahasa senantiasa terikat konteks dalam menggunakan bahasa. Konteks yang harus diperhatikan adalah konteks linguistik dan konteks ekstralinguistik.
Situasi adalah lingkungan tempat teks beroperasi. Konteks situasi adalah keseluruhan lingkungan, baik lingkungan tutur (verbal) maupun lingkungan tempat teks itu diproduksi (diucapkan atau ditulis). Untuk memahami teks dengan sebaik-baiknya, diperlukan pemahaman terhadap konteks situasi dan konteks budayanya.
VI.               KAJIAN EMPIRI

Yang menjadi data dalam penelitian ini adalah teks peringatan bagi pengendara sepeda motor di Karangrejo,Kelurahan Wonokromo, Kota Surabaya. Peneliti pengumpulkan data berupa gambar tulisan yang difoto. Tulisan-tulisan peringatan bagi pengendara sepeda motor tersebut yang berhasil penulis kumpulkan dan dijadikan sebagai data adalah sebagai berikut:
1.      NAIK KENDARAAN di HARAP turun  RT.02
                                      RW.IV
2.      PERHATIAN….!! MOHON MESIN DIMATIKAN KELUAR MASUK GANG INI
RT.001                    Terima Kasih
3.      PELAN & HATI-HATI!
BANYAK ANAK-ANAK BERMAIN
4.      HARAP TURUN
MESIN DI MATIKAN
5.      LEBIH SOPAN
BILA ANDA TURUN
6.      ORANG SEHAT
PASTI TURUN
7.      PENGENDARA MOTOR HARAP TURUN !!!
8.      LEBIH.BAIK.SOPAN ANDA.MASUK.GANG   TURUN!!!
JAGALAH.KERUKUNAN
Langkah pertama adalah peneliti memilah dan sekaligus menentukan mana yang teks dan mana yang ko-teks dengan tujuan agar dalam meganalisis maksud dari masing-masingnya tidak tumpang tindih. Data-data diatas dapat dipilah sesuai perannya (teks)dan (ko-teks) yakni : (1)NAIK KENDARAAN (ko-teks) di HARAP turun (teks)RT.01 RW.IV, (2) PELAN & HATI-HATI! (Teks)BANYAK ANAK-ANAK BERMAIN (ko-teks), (3) HARAP TURUN (teks) MESIN DI MATIKAN (ko-teks), (4) LEBIH SOPAN (ko-teks)BILA ANDA TURUN (teks), (5) ORANG SEHAT (ko-teks)PASTI TURUN (teks), (6) PENGENDARA MOTOR (ko-teks) HARAP TURUN !!! (teks), (7) LEBIH.BAIK.SOPAN ANDA.MASUK.GANG (ko-teks)TURUN!!! (teks) JAGALAH.KERUKUNAN (ko-teks) (8) PERHATIAN….!! MOHON MESIN DIMATIKAN KELUAR MASUK GANG INI (teks) Terima Kasih (ko-teks)

Peneliti memilah data bahasa tertentu disebut teks dengan alasan yang mendasar karena data bahasa tersebut yang menjadi inti peringatan (teks peringatan), sedangkan data yang lain peneliti posisikan sebagai ko-teks karena berperan sebagai data yang mendukung pemaknaan teks.
Setelah data dipilah sesuai perannya, data bahasa berupa teks peringatan ini diinterpretasikan satu per satu dengan menghadirkan konteks. Untuk menginterpretasikan data bahasa berupa teks serta ko-teks peringatan tersebut, maka peneliti menerapkan dalam bagan sebagai berikut :

1.      Data I

Teks sebelumnya (ko-teks): NAIK KENDARAAN
Teks : di HARAP turun
Konteks: di lorong gang, antara perumahan warga RT.02
                                      RW.IV


Teks peringatan oleh N (penutur) kepada t (petutur) untuk turun, tidak sedang diatas motor waktu motor berjalan. Penutur melarang petutur yang sedang berkendara untuk turun karena melihat konteks situasi melalui perumahan warga, dapat menyebabkan kebisingan (artinya secara implisit teks tersebut sebenarnya mengharapkan petutur mematikan mesin motornya lalu dorong,tidak mungkin petutur naik kendaraan apabila kendaraan tidak dibunyikan). Apabila petutur mengindahkan peringatan yang disampaikan penutur tersebut, maka maksud teks tersebut tercapai (komunikatif)           maksudnya teks tersebut sudah menjalankan perannya untuk mengkomunkasikan sesuatu antara penutur dan petutur/menjalankan fungsi peringatan. Lalu kehadiran ko-teks juga turut menegaskan maksud peringatan penutur, yakni bagi petutur yang berberkendaraan untuk turun ( artinya peringatan ini berlaku bagi petutur yang sedang berkendara sepeda motor, sedangkan petutur yang tidak bersepeda motor (pejalan kaki) tidak mungkin turun dari sepeda motor.


2.      Data  II
Teks : PERHATIAN….!! MOHON MESIN DIMATIKAN KELUAR MASUK GANG INI
Konteks: di perumahan warga, banyak anak kecil yang bermain di jalan RT.001
Teks sesudahnya (ko-teks): Terima Kasih
Teks (8) ini juga merupakan peringatan yang manapada awal kalimatnya N meminta perhatiankepada t agar keluar masuk kendaraan kedan keluar gang dengan mematikan mesin. Teks ini ditulis karena melihat konteks situasi daerah/gang tersebut yang sempit,padat perumahan warga serta banyak anak kecil yang bermain di jalan. Maksudnya adalah selain untuk tidak menimbulkan kebisingan juga untuk menjaga keselamatan anak-anak/orang yang bukan pengendara sepeda motor. Sedangkan ko-teks diatas adalah apabila pengendara sepeda motor telah menaatinya misalnya dengan mematikan mesin kendaraanya, maka peran koteks diatas adalah satu ucapan yang diberikan masyarakat setempat kepada pengendara sepeda motor. Teks tersebut berkedudukan sebagai koteks (teks penjelas) bagi teks utama diatas.


 3.      Data III


Teks : PELAN & HATI – HATI !
Konteks: di perumahan warga, banyak anak kecil yang bermain di jalan
Teks sesudahnya (ko-teks): BANYAK ANAK-ANAK BERMAIN
Teks (3) ini merupakan peringatan dari N (penutur) kepada t (petutur) untuk bersepeda motor dengan kecepatan minimal dan penuh hati-hati. Peringatan yang dibuat penutur (N) ini mengacu pada ko-teks sekaligus konteks situasi yakni banyak anak yang bermain di daerah ini. Dengan demikian, dari data (2) ini teks sudang menjalankan perannya yakni bahasa yang sedang menjalankan fungsi tertentu yang dalam hal ini adalah fungsi komunikasi berupa peringatan dari N kepada t. Kehadiran ko-teks tersebut adalah sebagai penegas maksud teks,juga sebagai kalimat informasi supaya t apabila melewati daerah tersebut dengan pelan dan penuh hati-hati.


4.      Data IV
Teks : HARAP TURUN
Konteks: lorong di antara perumahan warga yang padat.
Teks sesudahnya (ko-teks): MESIN DI MATIKAN
Teks (4)ini adalah peringatan yang halus dalam bentuk harapan dari N (penutur) kepada t (petutur) untuk tidak mengendarai motor. Artinya bahwa N mengharapkan t agar setelah masin dimatikan (ko-teks) lalu t mendorong motor pada saat melewati lorong yang penuh dengan perumahan warga yang padat. Maksud dari teks serta ko-teks ini adalah N melarang  t untuk membunyikan mesin selama melewati lorong perumahan tersebut agar warga sekitarnya tidak terganggu dengan bunyi motor t dan walaupun tidak membunyikan motor tetapi dengan berkendara tanpa bunyipun (free) dapat membahayakan anak-anak dan warga kampong.

5.      Data V

Teks sebelumnya (ko-teks): LEBIH SOPAN
Teks : BILA ANDA TURUN
Konteks: di lorong perumahan warga yang sempit dan padat penduduk.
Teks (5) tersebut merupakan peringatan yang halus berupa anjuran dari N (penutur) kepada t () (petutur) turun. Teks di atas  adalah peringatan bagi orang yang akan melewati jalan di lorong perumahan warga. Apabila pejalan/petutur (t) telah menaatinya misalnya turun dari kendaraanya, maka ko-teks adalah satu ucapan yang diberikan penutur (N) kepada petutur (t) bahwa mereka sopan.

    Data VI

Teks sebelumnya (ko-teks): ORANG SEHAT
Teks : PASTI TURUN
Konteks : di lorong perumahan warga yang sempit dan padat penduduk (data IV dan data V berada pada tempat yang sama)
Teks (6)ini adalah peringatan dari penutur (N) kepada petutur (t) untuk tidak berkendara selama melewati lorong/gang perumahan yang padat. Teks ini juga mengharapkan petutur turun dengan seolah-olah memastikan hanya kepada mereka/petutur yang turun maka diberi penilaian sebagai orang yang sehat (ko-teks). Setelah membaca teks peringatan ini menggugah petutur untuk langsung mengintrospeksi diri kalau memang petutur sehat pasti turun dari motor/tidak mengendarai motor saat melewati lorong. Atau dengan kata lain, apabila petutur (t)telah menaatinya misalnya turun dari kendaraanya, maka ko-teks adalah satu predikat yang diberikan penutur (N) kepada petutur (t) bahwa mereka adalah orang sehat.


7.      Data VII


Teks sebelumnya (ko-teks): PENGENDARA MOTOR
Teks : HARAP TURUN !!!
Konteks :  lorong  perumahan warga yang padat
Teks (7) ini adalah peringatan dari penutur (N)kepada petutur (t) yang mana N mengharapkan t untuk tidak berkendara atau diatas kendaraan saat melewati lorong perumahan. Yang diharapkan oleh N untuk turun adalah t yang sedang berkendara, tentu teks ini tidak berlaku bagi t yang tidak sedang berkendara. Asumsi yang ada dari teks dan ko-teks ini adalah bahwa berarti biasanya kalau para pengendara yang berkendara dengan tidak turun biasanyamembunyikan mesin yang tentu saja mengganggu ketenangan warga, atau bisa saja karena walaupun tidak membunyikan mesin dengan tetap di atas motor (free) saja bisa membahayakan keselamatan anak-anak atau warga di sekitar jalan.


8.      Data VIII
Teks sebelumnya (ko-teks): LEBIH.BAIK.SOPAN ANDA.MASUK.GANG
Teks : TURUN!!!
Konteks : lorong perumahan warga yang yang padat, banyak penduduk.
Teks sesudahnya (ko-teks) : JAGALAH.KERUKUNAN
Teks (8) ini adalah peringatan dari penutur(N) kepada petutur (t) agar tidak sedang berkendara (diatas kendaraan dan mesin motor sedang berbunyi ) atau dengan kata lain pengendara turun. Apabila t mengindahkan peringatan N, maka t dinilai mengikuti anjuran yang ada pada ko-teks yakni lebih baik sopan masuk gang (t dinilai sopan masuk gang apabila turun), lalu teks yang sesudahnya (ko-teks 2) adalah turut mempertegas maksud dari teks utama yakni apabila pengendara turun dan tidak meghidupkan mesin maka dianggap mengikuti anjuran untuk menjaga kerukunan warga. 


V. KESIMPULAN

Dari uraian pada pengkajian empiri tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut yakni, (1)dalam penelitian ini teks merupakan bahasa yang sedang menjalankan fungsi komunikasi tertentu yakni memberikan peringatan. Ketika peringatan tersebut diindahkan maka disini dapat dikatakan bahwa teks sudah menjalankan perannya. Ada berbagai bentuk peringatan yang digunakan N kepada t dalam bentuk tulisan yang dipajang pada tembok-tembok masuk gang atau lorong yang semuanya memiliki maksudsecara umum bahwa N meminta t sebagai pengendara sepeda motor untuk tidak membunyikan mesin dengan pertimbangan agar tidak menimbulkan kebisingan serta apabila dengan turun/tidak sedang diatas kendaraan, laju dapat diperlambat dan keselamatan para pejalan kaki/ anak-anak kecil terjamin. (2) ko-teks dalam penelitian ini lebih mengarah sebagai penegas maksud N pada teks. Ko-teks atau teks lain yang turut mempengaruhi maksud yang ingin disampaikan N kepada t sebagai pengendara sepeda motor. (3) konteks dalam penelitian ini lebih pada konteks situasi yakni di lorong-lorong gang/jalan masuk yang sempit, banyak wargaserta perumahan yang padat dan banyakanak-anak.  






Daftar Pustaka



Yule, George. 1996. Pragmatik. Pustaka Pelajar : Yogyakarta

Mulyana. 2008. Kajian Wacana. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Tarigan, Henry Guntur. 2009. Pengajaran Pragmatik. Angkasa : Bandung
(UU No 22/2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan)